Sunday, 22 September 2013

IDFB #12 : Ketika Singkong dan Yoghurt tampil seloyang



Tantangan IDFB bulan ini bener-bener deh, keren dalam segala hal. Pertama keren karena pake bahan utama singkong dalam rangka kampanye singkong day, ya iyalah kita ini bangsa singkong tapi kok malah menganggap singkong nggak keren dan pada akhirnya mulai melupakan singkong, sayang sekali. Yang kedua, keren karena jadi ajang “tes inovasi” menggabungkan singkong dan yoghurt dalam satu resep. Kalau di tantangan sebelumnya tinggal cari referensi resep dan bisa langsung eksekusi, tapi kali ini silakan ketik “resep singkong – yoghurt” di searching engine dalam bahasa Inggris maupun Indonesia, sedikiiiit sekali referensi yang akan kita temukan karena memang 2 bahan ini jarang sekali tampil duet. Tapi jarang bukan berarti nggak bisa, kan? :D 


Lalu keren yang ke-3 adalah hadiahnya, ada hadiah voucher jutaan rupiah bahkan liburan di Bali. Semangat 45 pastinya yah! Yeaaaah..it's IDFB 2nd anniversary. Selamat dan semakin sukses buat IDFB :)



Seperti yang udah ditulis diatas, singkong dan yoghurt jarang sekali tampil seloyang karena memang beda tempat asal, beda penggemar, beda bahan, beda tekstur, beda rasa, dan beda-beda lainnya. Singkong, sumber karbohidrat yang banyak tumbuh di Amerika Selatan, Asia dan Afrika. Tumbuhan satu ini bisa tumbuh di tanah yang agak tandus, maka di daerah Gunung Kidul, Jogjakarta yang hampir selalu kemarau sepanjang tahunpun tumbuhan ini jadi hasil pertanian utama. Masyarakat di Gunung Kidul lalu mengolahnya menjadi makanan yang cukup terkenal, yaitu thiwul dan gaplek. Di negara lain singkong juga sering diolah jadi penganan tradisional, misalnya cassava bibingka [Filipina], bolo de aipim [Brazil], Banh Khoai Mi [sumber: dari sini] dan bahn tam/ singkong ulat sutera [sumber dari sana] dari Vietnam, dan kuih bingka [Malaysia, sumber: dari situ]. 


Sementara itu, yoghurt yang bercitarasa asam awalnya dikonsumsi oleh masyarakat yang akrab dengan produk olahan susu seperti di Timur Tengah, sejak 4000 tahun lalu. Di salah satu buku sejarah Turki, ditemukan fakta bahwa yoghurt awalnya tidak sengaja ditemukan oleh kaum nomaden Turki yang menyimpan susu di kantung yang terbuat dari lambung domba, susu berangsur-angsur berubah jadi gumpalan padat dan berrasa asam. Yoghurt dikenal dengan berbagai sebutan, antara lain Jugurt (Turki), Zabady (Mesir, Sudan), Dahee (India), Cieddu (Italia), dan Filmjolk (Skandinavia) [sumber: kompasiana]. Yoghurt menjadi sangat terkenal karena dipercaya sangat bagus untuk kesehatan, mengandung probiotik yang dihasilkan dari aktivitas bakteri asam laktat. Karena itulah, sekarang ini banyak produsen mencoba menawarkan berbagai macam produk yoghurt mulai dari yoghurt berbagai macam rasa yang dijual dalam kemasan botol, yoghurt kental, cake yoghurt, dan yang paling menggoda adalah frozen yoghurt yang disajikan bersama potongan buah segar atau waffle. Salah satu outlet yang menyediakan frozen yoghurt dengan varian paling lengkap adalah HEAVENLY BLUSH.

Oke, langsung saja ke kisah panjang [?] kenapa akhirnya memilih makanan yang satu ini untuk tantangan IDFB #12 singkong & yoghurt. Saya awalnya mau bikin makanan yang Indonesia banget sekaligus menonjolkan kelebihan singkong tapi tetep bisa serasi berpadu sama yoghurt, dan pastinya tanpa zat additif semacam baking powder atau pewarna sintetis. Sempat terpikirkan buat getuk yoghurt, lapis singkong dengan frozen yoghurt, cake pop isi singkong dengan saus yoghurt, zupa soup singkong, dan sebagainya. Tapi akhirnya pilih bikin cake ini karena pake bahan utama singkong [tanpa tambahan tepung terigu] dan pake 2 bahan pemantap yaitu parutan kelapa dan pisang. Yap, singkong-kelapa-pisang adalah paduan yang Indonesia banget dan biasa kita temukan di banyak jajanan di sekitar kita. Lalu, resep ini juga gluten free karena nggak pake tambahan tepung terigu. Kalo untuk pemilihan kenapa diolah jadi cake adalah karena “kayaknya” cake yang paling cocok dimasukin yoghurt ya. masih menebak-nebak juga :) 





Setelah matang, [sambil motret] saya sajikan cake dengan yoghurt yang dibekukan dan rasanya cukup nyambung, sangat terbantu dengan adanya potongan pisang yang bercitarasa manis agak asam jadi bisa jadi “jembatan” antara yoghurt dan singkong [saya pakai pisang kepok, bisa juga pakai pisang raja]. Kelapa parut ternyata juga memberikan sensasi krenyes-krenyes yang sangat akrab di lidah saya, mirip seperti saat saya makan misro/cemplon atau lapis singkong balut kelapa parut. Dan tekstur cakenya? Empuk, nggak akan nyangka kalau cake ini dibuat dari singkong segar tanpa tambahan tepung terigu. Ahahaha...semoga kalimat terakhir ini nggak berlebihan ya



Untuk resep, saya pake gabungan 2 resep dari blogger di detikfood dan resep dari majalah Sedap dengan modifikasi sana-sini. Untuk loyangnya, saya pakai loyang bongkar pasang diameter 12cm + 3 papercup ukuran sedang.




Resep Cake SingYoSang [Singkong Yoghurt piSang]


Bahan:

250gr singkong parut, peras dengan kain sampai cukup kering

2 btr telur

50gr yoghurt plain [yoghurt yang kental]

50gr gula pasir

30 gr kelapa muda, parut

50gr mentega, lelehkan

3 buah pisang ukuran sedang, iris jadi kepingan setebal 1cm

3sdm meises

Sejimpit garam


Cara membuat:

1.  Campur singkong, kelapa parut, dan garam. Aduk rata, ambil 1/3 bagian lalu campur dengan yoghurt cream [adonan A]. sisanya dibiarkan tanpa campuran yoghurt [adonan B]

2.  Oles loyang dengan mentega/minyak, alasi dengan kertas roti, lalu susun pisang yang sudah dipotong-potong di dasar loyang, sisihkan. Panaskan oven dengan suhu 180dc

3.  Kocok telur dengan mixer kecepatan tinggi, masukkan gula sedikit-sedikit. Kocok terus sampai mengembang dan pucat

4.  Ambil 1/3 bagian telur kocok lalu campurkan dengan adonan A, aduk pelan dengan teknik aduk balik dengan spatula besar [agar kocokan telur nggak kempes, kalau sampai adonan turun, cakenya bisa bantat :P], tambahkan 1/3 bagian mentega leleh, aduk rata. Masukkan meises, aduk sebentar asal rata

5.  Masukkan sisa kocokan telur ke adonan B, aduk pelan sampai rata lalu masukkan sisa mentega leleh, aduk sampai rata

6.  Tuang adonan A ke loyang, lalu tambahkan adonan B

7.  Oven dengan suhu 180dc sampai bagian atas cake kecoklatan, cek dengan tes tusuk, angkat kalau sudah matang [tidak ada bagian yang menempel di tusukan]

8.  Cake bisa disajikan dengan yoghurt cream yang dibekukan. Selamat makan :)

*untuk yang dicetak di papercup, lapisan paling bawah adonan A, adonan B, paling atas dikasih potongan pisang 
*Adonan A [yang pake campuran yoghurt] akan lebih basah dan nggak terlalu ngembang, sebaiknya selalu taruh di bagian dasar loyang

Happy baking :)

Devi - BunKim

Saturday, 21 September 2013

Roti Kentang



Roti, selalu punya ‘kasta’ khusus dalam catatan perdapuran saya. Sejak awal jatuh cinta ehm... pada prosesi masak-lalu-motret, membuat roti selalu menumbuhkan sesuatu di hati, kalau bisa digambarkan mungkin seperti percikan kembang api menjelang lebaran. Misterius sekaligus menggembirakan. Bagaimana nggak? Adonan tepung dan ragi diuleni, ditarik, dibanting sampai elastis, lalu mengembang, dan dipanggang beberapa menit, lalu muncullah roti-roti gendut yang wangi dan panas dari oven. Kabar baiknya lagi, saya belum pernah gagal bikin roti, walaupun jarang bisa nguleni sampai kalis dan dijembreng tanpa robek. Padahal kalau bikin kakak-adiknya si roti [yaitu cake, cookies, atau jajan pasar]....saya banyak gagalnya hehe





Selain itu, waktu nguleni roti untuk banyak orang –termasuk saya- bisa jadi waktu terapi gratisan, penyaluran emosi negatif seperti semacam “stress room” di kantor-kantor wkwkwk. Adonan yang empuk dan liat itu, mau dibanting, dipukul, dicakar, dipenyet, dilempar sekalipun nggak akan berontak apalagi marah. Malah dia akan semakin elastis, semakin mengembang. Sampe saya pikir, jadi kayak falsafah hidup ya. Harusnya, kita bisa jadi seperti adonan roti. Semakin keras dan kejam hidup “membanting” kita, makin liat dan berkualitaslah kita. 



Kali ini, saya buat roti kentang. Resepnya dari buku Primarasa aneka roti dari seri masak Femina. Sebelumnya saya udah sering bikin roti labu dan roti ubi, saya suka dengan efek warna alami 2 bahan itu jadi setelah mateng rotinya berwarna ungu, kuning, jingga, cantik. Tapi setelah kenal roti kentang sebulan lalu, well...harus mengakui kalau kentang memang istimewa, teksturnya jadi empuk dan mengembang bagus. Jadi bulan ini saya cuma 2 kali baking, dan dua-duanya adalah roti kentang :)





Seperti biasa, saya ngotak-atik resepnya, masukin kentang lebih banyak dan mengurangi gula. Resep asli berjudul roti sisir kentang, dibuat tanpa filling dan dicetak dalam loyang loaf. Saya modif rotinya pake filling coklat dan keju + dicetak dalam paper cup biar gampang kalo mau dibawa untuk bekal jalan-jalan.




Roti kentang

Sumber: Primarasa aneka roti dari seri masak Femina


Bahan

200gr tepung terigu protein tinggi [saya pake cakra kembar]

100gr kentang kukus, kupas, haluskan selagi panas [saya pakai 200gr]

1sdt ragi instan

50gr gula pasir [saya pakai 25gr, hasilnya nyaris plain]

1 kuning telur, kocok lepas

75ml susu cair [saya pakai UHT plain]

1 sdt garam

35gr mentega

Mentega untuk olesan loyang


Olesan dan taburan

1 kuning telur, kocok lepas, campur dengan 25ml susu cair [saya pakai susu UHT saja]

Keju parut, meises, terserah selera

Saya tambahi filling keju dan coklat


Cara membuat

1.    Taruh tepung terigu, kentang halus, ragi instan, dan gula dalam mangkuk, aduk rata. Masukkan kuning telur dan susu cair, aduk rata. Tambahkan garam dan mentega, uleni hingga adonan kalis

2.  Bulatkan adonan, taruh dalam mangkuk. Tutup dengan plastik/ kain bersih. Diamkan hingga adonan mengembang 2 kali semula [sekitar 30 menit]. Olesi bagian dalam paper cup dengan mentega. Panaskan oven pada suhu 200 dc

3.     Kempiskan adonan dengan cara ditinju untuk membuang sisa gas. Potong [saya sekitar @50gr], isi dengan bahan filling, tutup dan bulatkan. Letakkan didalam paper cup yang telah ditata dalam loyang datar

4.   Biarkan adonan mengembang sekitar 30 menit, olesi permukaan roti dengan bahan olesan, taburi dengan meises/ keju parut

5. Masukkan loyang ke dalam oven, panggang hingga matang 10-15 menit. Keluarkan loyang dari oven. Olesi lagi permukaan roti dengan bahan olesan selagi masih panas


Happy baking :)

Devi - BunKim