Wednesday, 31 July 2013

IDFB #11: Bakmi Thoprak [Solo]




Alhamdulillah, akhirnya bisa juga setoran di chalenge IDFB #11 bertema mie, di hari terakhir 31 juli :D 


Sebenernya sejak 2 minggu lalu udah beli mie basah tapi masih maju mundur pilih resep yang mana, ditambah selama puasa nafsu masak-memasak turun drastis jadilah 2 minggu berlalu tanpa satupun eksekusi resep. Hari ini tiba-tiba dapet ilham untuk googling dengan key word “bakmi solo” dan ketemulah saya dengan resep bakmi thoprak khas solo. Kalo denger namanya, pasti langsung inget ketoprak khas Jakarta kan? Tapi secara penampakan dan isi, bakmi thoprak ini lebih mirip soto mie Bogor Cuma isinya lebih kumplit pake bihun dan mie kuning, tahu dan tempe goreng, daging sapi, bawang goreng, cakwe, sosis solo, kacang goreng, krupuk gendar, dan tentu saja taburan seledri. Unik ya, biasanya mie dipadu dengan seafood atau daging, tapi di Solo ini mie dipadu dengan tahu dan tempe goreng :)


Oya, bakmi adalah kata yang lumrah digunakan untuk menyebut mie di daerah Jawa. Dan sebelum menjadi sangat terkenal, bakmi atau mie ini menempuh perjalanan sejarah yang cukup panjang sejak dikenalkan bangsa Cina saat mereka datang di pulau Jawa pada tahun 1870. Saat itu bahan dasar yang banyak digunakan adalah digunakan itu mian (mie) berbahan dasar tepung terigu dan tepung beras, mifen (bihun), mian xian (misoa), lumian (lomi), guotiao (kwetiau), juga dipake ravioli alias bianshi (pangsit) [sumber sejarah.kompasiana].  Pada masa prakemerdekaan, mie menjadi makanan langka karena bahan baku tepung gandum juga sulit diperoleh, harus diimpor dari luar. Baru sekitar tahun 1960 mie menjadi konsumsi massal dengan mulai diproduksinya ‘mie instan’ yang menghabiskan 60% porsi kuota gandum impor [sumber: leo4kusuma. Mie yang dibawa oleh bangsa Cina sudah mengalami penyesuaian agar cocok dengan citarasa lidah orang Indonesia, lebih khusus lagi lidah orang di daerah-daerah di Indonesia. Selain itu, bumbu dan penyajian mie juga dipengaruhi oleh bumbu Bangsa Arab, India, dan para pendatang lainnya. Penyebaran mie hampir berbarengan dengan munculnya masakan soto [caudo] terutama di pesisir Jawa setelah habisnya perang Diponegoro 1825-1830 [sumber sejarah.kompasiana]. Mungkin karena itu juga racikan kuah mie dan kuah soto saling identik satu sama lain, hanya pelengkapnya saja yang sedikit berbeda. Tak heran saat ini banyak daerah memiliki racikan mie dengan bumbu khas daerah masing-masing. Misalnya mie Aceh yang pedas dengan paduan seafood, mie titi di Makassar, Mie lendir di Batam, Mie gomak Medan, Mie goreng Jawa yang manis, dan bahkan mie ayam yang menjamur di seluruh kota pun memiliki ke khasan sendiri-sendiri sesuai lidah masyarakat setempat.


Salah satu mie khas daerah adalah si bakmi thoprak Solo ini. Di Solo, salah satu penyedia bakmi thoprak yang paling legendaris adalah warung Yu Nani di Kartopuran yang konon katanya mulai buka pada awal 1950-an [sumber detikfood]. Saya yang seumur-umur baru 2 kali ke Solo tentu saja belum pernah nyicip bakmi legendaris itu. Tapi minggu ini, saya akan coba bikin sendiri dengan bahan baku disesuaikan dengan stok kulkas. Sluuuurp...Solo, i’m coming lah. Oya karena males nyari mie kuning basah, akhirnya nekat bikin mie kuning sendiri. FYI, saya baru pertama kali ini bikin mie dan nggak punya pasta maker jadi bikinnya manual diiris pake piso dengan bantuan 'penggaris' dari spatula besi. Untuk warna kuningnya saya pake kunyit. Jadinya...secara bentuk sih nggak jelek-jelek amat hahaha, saya coba patahkan juga lumayan kenyal tapi soal rasa... baru bisa cek nanti malam setelah buka puasa :D


  Resep Mie kuning:
Bahan
80 gr tepung terigu
35 ml air
Garam sejimpit
Kunyit sekitar 3cm
[saya tambah 2 sdm telur kocok]
Air + 1sdm minyak untuk merebus

Cara membuat
1.       Campur semua adonan, uleni sampai kalis
2.       Giling tipis 0,1cm lalu iris tipis dengan pisau
3.       Rebus 3 menit dengan air mendidih, angkat dan tiriskan. siap digunakan

                  Resep modifikasi dari Ibu Nurhafni SyamsulHamris di grup FB Dapur Aisyah 



 
Bakmi Thoprak
Resep: sajiansedap

Bahan Pelengkap:
250 gram mi kuning, direbus
100 gram taoge, direbus
100 gram kol, diiris kasar, direbus
50 gram bihun, diseduh
200 gram tempe, dipotong-potong, dilumuri 1/2 sendok teh garam, digoreng matang
1 buah tahu, dilumuri 1/2 sendok teh garam, digoreng matang
2 sendok makan daun seledri, diiris halus untuk taburan
3 sendok makan kecap manis
100 gram kacang tanah kulit, digoreng

Bahan Kulit Sosis Solo:
75 gram tepung terigu
1/4 sendok teh garam
150 ml air
1 butir telur, dikocok lepas

Bahan Isi:
150 gram ayam giling
2 siung bawang putih, diiris tipis
5 butir bawang merah, diiris tipis
1/2 sendok teh merica bubuk
1/2 sendok teh pala bubuk
1/2 sendok teh garam
3 sendok teh kecap manis
1/2 sendok teh ketumbar bubuk
2 sendok makan minyak untuk menumis
2 butir telur, dikocok lepas untuk pencelup

Bahan:
300 gram daging sengkel
2.000 ml air
6 lembar daun jeruk, dibuang tulang daunnya
3 lembar daun salam
5 sendok teh garam
1/4 sendok teh merica bubuk
2 sendok teh gula pasir
3 sendok makan minyak untuk menumis

Bumbu Halus:
8 butir bawang merah
3 siung bawang putih
1 sendok teh ketumbar

Cara membuat:
1. Bumbu, rebus sengkel di dalam air sampai sengkel empuk. Saring kaldunya 1250 ml. Tambahkan 750  ml air.  Potong-potong sengkel.
2.  Panaskan minyak. Tumis bumbu halus, daun jeruk, dan daun salam sampai harum. Tuang ke rebusan kaldu.
3. Masukkan garam, merica bubuk, dan gula pasir. Masak sampai matang. Sisihkan.
4. Isi sosis solo, panaskan minyak. Tumis bawang putih dan bawang merah sampai harum. Tambahkan ayam giling. Aduk sampai berubah warna.
5. Masukkan merica bubuk, pala bubuk, garam, kecap manis, dan ketumbar bubuk. Aduk sampai meresap.
6.  Kulit, aduk rata tepung terigu, garam, dan air. Masukkan telur. Aduk rata. Dadar.
7.  Ambil selembar kulit sosis. Beri isi. Lipat. Gulung. Kukus.
8.  Celup ke dalam telur. Goreng dalam minyak yang sudah dipanaskan sampai matang.
9.  Sajikan bakmi thoprak bersama bahan pelengkap, irisan sosis solo, dan siraman kuah.
 Untuk 8 porsi [saya bikin 1/3 resep]

                  Happy cooking :) 
                  Devi - BunKim

Wednesday, 24 July 2013

Ubi Biji Salak [saus nangka]




 Menu buka puasa yang pastinya udah kita kenal banget, rasanya manis, kenyal, dengan aroma khas ubi dan pandan yang menggoda. AyahKim suka sekali makanan satu ini, nggak puasapun -duluuuuu jaman belum nikah- suka beli di tukang bubur sumsum yang pake motor gitu, biji salaknya dikit tapi kuahnya buanyak wong harganya cuma 3ribu :p Setelah googling resep, memutuskan untuk nyontek resep dari sarangjapati [makasih banyak ya Mbak Elsye ya] tapi dengan beberapa modifikasi seperti penambahan jumlah tepung sagu [saya suka yang kenyal-kenyal, sebelumnya pernah bikin sesuai resep dan hasilnya kurang kenyal. Kalo yang suka tekstur ubi, mungkin pas dengan resep asli yang pake perbandingan 10:1 untuk ubi : tepung sagu, jadi sagunya cuma buat 'ngiket' adonan biar nggak pecah], pengurangan jumlah gula, dan penambahan tepung maizena untuk kuahnya [resep asli pake ubi yang dihaluskan saja]. Untuk sausnya, kali ini saya bikin spesial dengan tambahan irisan nangka di santannya. Sluuuurp. Selamat berbuka :)



Ubi Biji Salak – saus nangka
Sumber : sarangjapati  modifikasi oleh saya :p

Bahan
500 g ubi jalar merah [saya pake 300gr, jadi 3 porsi]
50 g tepung kanji [saya pake tepung sagu]
1/4 sdt garam
1 1/2 sdm tepung maizena, diencerkan dengan 3 sdm air 
250 g gula Jawa, sisir halus [saya pake 50gr gula jawa + 1sdm gula pasir]
250 ml air
1 lembar daun pandan

Saus
300 ml santan dari 1/2 butir kelapa parut
1 lembar daun pandan, potong-potong
1/4 sdt garam
8 mata nangka, potong kotak kecil

Cara membuat:
1.       Kukus ubi hingga matang. Angkat, haluskan ubi selagi panas.
2.       Campur ubi dengan tepung kanji dan garam hingga rata.
3.       Bentuk adonan bulat-bulat seperti biji salak.
4.       Didihkan air secukupnya, rebus biji salak hingga mengapung. Angkat dan tiriskan.
5.       Rebus gula jawa, daun pandan, dan air hingga gula larut. Angkat dan saring.
6.       Didihkan kembali, masukkan biji salak rebus
7.       Tambahkan maizena cair, aduk hingga mengental.
8.   Saus: Rebus santan bersama pandan dan garam hingga mendidih. Tambahkan nangka. Angkat dan dinginkan.
9.       Sajikan biji salak dengan Sausnya.

Happy cooking :)
Devi - BunKim

Monday, 15 July 2013

Gulai Kakap [Padang]



 Saya nggak yakin gulai kakap ini masakan khas Padang atau masakan khas rumah makan Padang ya? hehe hasil baca-baca beberapa blog, memang gulai kakap [paling populer dipakai adalah bagian kepalanya] ini banyak dijumpai di Padang dan Minang, resep aslinya nggak pakai gula [gula pasir, gula jawa atau gula apapun]. Konon katanya disana orang masak apapun nggak pernah pake gula, tapi karena saya udah hampir 30 taun tinggal dan makan masakan Jawa jadi masak tanpa sedikit gula adalah aneh. Jadi lagi-lagi saya nyalahi pakem masakan aslinya. Semoga dimaafkan oleh para pemilik resepnya. Tapi kalo dipikir-pikir kan ya, namanya orang eksekusi resep biasanya emang diotak-atik, disesuaikan dengan stok bahan yang ada, disesuaikan dengan selera, dan justru disitulah letak kenikmatan masakan homemade. Tapi, tentu saja saya akan KEHILANGAN autentisitas dan originalitas [eh bener nggak ni istilahnya  ya] rasa resep aslinya :(
Hehe...jadi inget beberapa waktu lalu posting resep taiyaki [semacem pancake khas Jepang] dan seorang teman yang tinggal di Jepang cerita  kalo taiyaki yang di Jepang rasanya nggak enak [untuk lidah orang Indo mungkin ya] karena pancakenya hambar tapi filling pasta kacang super manis. Nah saya bikinnya taiyaki KW 44 jadi ya rasanya malah pas di lidah jawa saya, mirip-mirip apem :D Lalu setelah itu posting sambal matah dan seorang teman yang tinggal di Bali cerita kalo beliau nggak doyan sambal matah karena bau bahan-bahan mentahnya yang tajam. Nah yang saya bikin adalah sambal matah KW45 atau sambal ‘setengah’ matah lah..biar saya sedikit senang, nggak terlalu jauh melenceng dari pakem resep asli. Hmm..memang saya kehilangan originalitas rasa aslinya, tapi semoga nanti saya bisa nyicipi versi asli sambil keliling Indonesia :D Amiiiiin...

Oke, kembali ke si gulai kakap, saya kenal gulai ini sekitar 5-6 tahun lalu waktu ditraktir teman di sebuah rumah makan Minang di daerah Kemayoran, gulai kepala kakap. Seporsi berisi separuh kepala kakap yang memenuhi piring saji ukuran besar. Rasanya gurih dengan rasa asam yang manis. Wah, menu ini beneran nggak terlupakan..apalagi makan disana 3 kali dan selalu gratis :D Sekarang sambil menyusun remah-remah ingatan saya akan rasa gurih-asam si gulai kepala kakap, saya mencoba membuatnya sendiri di dapur saya. Dua kali saya bikin pake 2 resep beda, yang pertama saya bikin terlalu asem [pake 2 asam kandis + jeruk nipis, sesuai resep. Untuk satu kepala kakap ukuran sedang] lalu yang kedua saya kurangi pake asam kandis 1 buah saja untuk seekor kakap merah seberat 1kg. Ini yang lebih pas di lidah kami.

Berikut ini resep lengkapnya:
Sumber resep: disini

Gulai Kakap Merah

Bahan:
- 1 kg ikan kakap merah [atau bisa pakai kepalanya saja]
- 1 buah asam kandis/ asam jawa
- 5 lembar daun jeruk
- 2 lembar daun salam
- 3 batang serai dimemarkan
- 200 ml santan kental
- 1000 ml santan encer
- 4 sdm minyak goreng

Bumbu halus:
- 7 buah cabe merah
- 4 siung bawang putih
- 5 buah bawang merah
- 3 cm kunyit
- 3 cm jahe
- 3 cm lengkuas
- 1 sdm ketumbar disangan
- 11/2 sdm garam
- 1 sdm gula pasir

Cara memasak:
- Tumis bumbu yang dihaluskan dan bumbu yg tidak dihaluskan hingga harum
benar dan bumbu matang.
- Masukkan potongan ikan, tumis kembali hingga ikan berubah warna.
- Masukkan 500 ml santan encer, kecilkan api dan tutup.
- Masak hingga 15 menit, kemudian masukkan sisa santan encer dan masak
hingga semua matang.
- Terakhir masukkan santan kental, aduk-aduk sesaat dan matikan api.
* saya tambahin beberapa kuntum kemangi dan potongan tomat sesaat sebelum gulai matang

Happy cooking :)
Devi - BunKim