2 mingguan ini, nampaknya saya mengalami apa yang namanya CLBK alias cinta lama bersemi kembali. Bagaimana tidak, tiap hari kok ya yang dikangeni makanan dan jajanan yang duluuuuu sekali sangat saya cintai. Mulai dari oseng-oseng kacang panjang wayu [yang sampe coklat warnanya dan lembek kacangnya, apalagi ada irisan tempe semangiit. duuuh...], pecel, sermier, kulit mlinjo goreng, cap jae [ini adalah versi ndeso jadi capcay, dibuat dari semacam bakwan yang diiris-iris lalu dimasak dengan bumbu mie goreng], jenang grendul, dan akhirnya pagi ini cinta membawa saya kembali pada: sego kucing! Mungkin juga ini efek sedang baca buku Pak Umar Kayam yang direkomendasikan pak Bojo. Satria Piningit ing Kampung Pingit yang kental sekali nuansa Yukja-nya, jadi lidahpun protes pengen nostalgia mencicipi lagi makanan khas kaum mahasiswa [terutama yang uang bulanannya ngepres kayak saya], yaitu sego kucing.
Pasti udah pada tau banget tentang si sego [nasi] yang satu ini ya, legendaris banget di Jogja, Solo, dan Sekitarnya. Sego ini dijajakan di angkringan atau hik, dibungkus kecil-kecil dengan lauk dan sayur yang minimalis: beberapa ekor ikan teri, sesendok oseng buncis, sak pyuk bihun goreng, atau bahkan cuma sambel bawang saja. Untuk membedakan menu satu dengan menu lainnya, bisa cek warna dan jumlah karet, jumlah streples, atau cari tulisan tangan 'menu' yang ada di pojok tum-tuman sego kucing itu.
Mungkin karena porsinya yang kuecil itulah yang membuatnya disebut sego kucing, sego yang porsinya hanya cukup untuk kucing. Tahun 2001 - 2006 waktu saya masih di Jogja, sego kucing biasa saya beli seharga Rp. 500 [beda-beda dikit antarangkringan, terutama kalo di daerah elith harganya bisa jadi lebih mahal]. Beberapa tahun belakangan, waktu saya mampir Jogja harganya sudah naik berkali-kali lipat :D
Selama 7 tahun di Bekasi, saya belum pernah sekalipun mencoba berburu angkringan ataupun sego kucing, jadi saat kepengen tiba-tiba begini nggak tau harus kemana carinya. Akhirnya memutuskan untuk bikin sendiri, satu jam kemluthek di dapur dan inilah jadinya: beberapa bungkus sego kucing. Hahaha.. mungkin diam-diam saya berbakat bikin angkringan ya, lumayan juga! Sego Kucing Mbok Devi dengan tagline: murah, wareg, dan nostalgic :D :D
Untuk bikin topping sego kucing, saya pilih yang gampang dan sesuai stok di dapur aja: oseng tahu cabe ijo, sambel teri pete, dan sambel suwir pindang. Karena semua itu guampang banget dan pastinya udah jadi menu rutin di jutaan dapur orang Indonesia, jadi nggak usah pake resep lah ya [Padune saya males ngetik resep tapi pengen pamer sego kucing kawe hasil dapur saya hari ini] hehe. Salam sego kucing :)