[momen yang langka malam ini, Kimi udah bobok dan Ayahnya belum pulang]
Ditemani sebungkus cookies dan secangkir kopi cream, tadi iseng browsing blog di wordpress. Teman-teman seangkatan dulu ternyata udah banyak yang lulus S2, sekolah ke luar negeri, dapet beasiswa ini itu dan sebagainya. jujur, saya iriiiiii se iri-irinya. Dulu waktu jaman masih sekolah, saya termasuk penggila mata kuliah psikologi gender. bahkan tugas akhir saya juga kental sekali aroma "kesetaraan gender dan emansipasi wanita". waktu itu saya sangat bersyukur bahwa saat ini perempuan punya akses mudah ke ranah domestik, bisa melakukan apapun yang diimpikannya. maka salah satu mimpi saya waktu itu adalah "bekerja sukses dan bisa sekolah setinggi mungkin"..
Tapi di usia ke-25, ada kejadian yang merubah segalanya, yang tak pernah terbayang sebelumnya! kelahiran seorang Kimi. Beneran, saya tidak pernah diajari bagaimana jadi ibu, bagaimana perasaan seorang ibu dulu waktu kuliah. saya kira emansipasi perempuan itu adalah sesuatu yang teknis. ternyata saya salah besar. lalu mulailah hari-hari saya diganggu ketidak tenangan karena harus pergi pagi-pulang malam dan meninggalkan anak sendirian di rumah (ps. cuma sama pembantu). sekalii lagi, saya tidak pernah diajari bahwa seorang ibu akan menghabiskan hampir 100% waktunya untuk bergulat dengan perasaan bersalah, sedih, tak rela, dll ketika bekerja dan harus meninggalkan anaknya di rumah.
maka di tengah kegalauan yang panjang itu, saya memutuskan untuk jadi ibu rumah tangga saja tepat ketika usia Kimi setahun. waktu itu, saya ingat ada pro-kontra dari teman-teman sekantor. ada yang menyayangkan karena track record saya lumayan oke (hihi.. perasaan saya aja kali ya? :D) tapi banyak juga yang mendukung dan salut dengan sungguh-sungguh. saya belum lupa percakapan via YM dengan seorang teman yang menanyakan "kenapa resign, Dev? kan Kimi udah ada yang ngasuh". refleks saya jawab "karena Kimi ga cuma butuh disuapi dan digendong, tapi juga diajari cara bersikap, memecahkan masalah, mengembangkan kepercayaan diri, dan banyak lagi lainnya. aku ibunya, dan rasanya ga mungkin aku membayar orang lain untuk mencintainya, mengajarinya semua itu. Karena bayi belajar detik per detik dari orang yang didekatnya. Bayi belajar tentang pemaksaan ketika mendapat suapan tanpa kasih sayang. Bayi belajar ketidakpercayaan ketika tangan yang memeluknya tak mengalirkan energi cinta. Bayi belajar tentang manipulasi ketika pengasuhnya berpura-pura sayang kepadanya"
Ibu-ibu lain mungkin punya kekuatan yang supertanggunh jadi bisa melawan semua perasaan itu, sedang saya tidak. Maka setelah itu, resmilah saya berpredikat bukan lagi karyawati. Saya bersama Kimi 24 jam: mengelap makanan yang dilepehnya, mengusap air matanya ketika menangis, mengganti popoknya, menyiapkan menu makanan dan menyuapainya, mengepel lantai yang basah karena pipis atau tumpahan minuman, menggendongnya ketika merajuk, membersihkan bekas pup-nya, memasakkan air panas untuk mandi, memandikan dan memakaikan bajunya, memeluknya, menciumi sekujur badannya setiap bangun tidur, mengagumi wajah polosnya ketika bangun tidur, dan semuanya.
siapa bilang saya ga capek?! justru lebih capek daripada dulu waktu masih kerja :D dan lagi, saya "sedikit merasa" menelantarkan mimpi-mimpi saya dulu untuk sekolah lagi dan sebagainya karena sibuk dengan Kimi. Tapi pikiran jernih saya selalu menenangkan dengan beragumen bahwa menjadi seorang ibu adalah "never ending learning" kuliah gratis tis tis tanpa aturan jam kuliah dan minimum SKS. Bagaimana tidak?! saya belajar tentang kesabaran (untuk tidak berteriak sepanjang hari karena melihat Kimi berakrobat dengan meja-kursi-kabel listrik-sapu-ember dan sebagainya), saya belajar tentang kepasrahan (seorang makhluk Tuhan yang 100% percaya pada ibu-nya, begitu polos dan jujur), saya belajar tentang grafik pertumbuhan seorang anak yang begitu pesat, saya belajar tentang manajemen waktu, saya belajar tentang modelling, dan lainnya.
saya cuma harus meyakinkan diri bahwa saya -sama sekali- tidak jalan di tempat. saya harus merapikan mimpi-mimpi saya lagi, menaruhnya di tempat yang cukup mudah untuk saya jangkau, dan mulai mengatur langkah untuk menggapainya.
Untuk sahabat-sahabat yang hari ini diwisuda di GSP, selamat dan sukses. InsyaAllah saya menyusul nanti. mungkin ditemani 2 atau 3 PW (pendamping wisuda, pen.)
Untuk teman-teman yang menikmati musim panas atau musim dingin, saya juga akan menyusul nanti :D
*** Nyam nyammmm... sebungkus cookies amblas di perut saya. tangan kanan mengambil cangkir kopi dan meliriknya... gumpalan kegalauan yang tadi mengapung disana mulai mencair dan lumer. saatnya menutup laptop dan berbincang dengan Ayah Kimi tentang hari yang indah...
selamat malam,
RwP, 26 Jan 2011
[impor dr blog multiply]
Waaah justru saya iri,pengen jd FTM
ReplyDeleteBener mbak devi,saya iri dg wanita yang bisa jadi ftm..
ReplyDelete2 bulan sudah saya bersama Zid,rasanya cuti melahirkan terlalu cepat..masih pengen bermanja2 dengan Zid tiap hari..
nice share...
ReplyDeleteseperti mewakili perasaan saya, yg sejak resmi menjadi seorang istri 2 thn lalu hingga hari ini, tetap menyandang gelar ibu rumah tangga. iri pd kesuksesan teman2 lain di dunia kerja & akademis hingga bisa melanglang buana? pasti. apalagi itu dulu adalah mimpi saya. tapi saya sama sekali ga pernah menyesal mjd IRT, justru saya merasa ketika menyandang gelar inilah saya benar2 belajar, belajar dlm artian yg sebenarnya: menambah ilmu & wawasan tanpa ada "pamrih" kenaikan pangkat, jabatan, honor & nilai IPK. jadi, berdamai dgn keadaan & mensyukuri apa adanya diri kita saat ini, sepertinya itu kunci utamanya. insyaAllah sejak itu, perasaan iri meluntur perlahan (meski tetap saya masih menyimpan cita2 utk melanjutkan pendidikan lagi, walau entah kapan)
ups, jd ikutan curhat deh, hehe...TFS ya bunda kimi :)
* tp yg kadang msh blm bisa didamaikan adalah keinginan utk kumpul2 lg ma temen2, susah euy nyari waktunya, suka ga klop :D
iya, Mbak Tifa... paham banget gimana rasanya jadi ibu bekerja... betapa tiap pagi beraaaaat banget ninggal anak.
ReplyDeletetapi seperti yang kita tau selama ini, manusia emang ga ada puasnya hehe... jadi ya, walopun saya SANGAT MENIKMATI peran sebagai FTM, tapi memang pada kenyataanya ada sebagian ego yang harus dikalahkah dan kadang-kadang memberontak muncul keluar. Yaaah... dengan sharing seperti ini-lah saya bisa nge-yem-yem-i diri saya sendiri. bahwa memang inilah konsekuensi dari pilihan yang saya ambil ^__^
Semoga Allah senantiasa melimpahkan ke-ikhlasan untuk kita menjalani peran -apapun itu- pada kita ya. amiiiin
Hehe... perasaan itu jg yg dialami semua Ibu, Mbak. memang berat sekali ya harus ninggal anak untuk kerja... dan saya adalah salah seoarang yang "GA KUAT" jadi memutuskan untuk resign. dan sekarang saya baru bener2 sadar bahwa jadi Ibu itu bukan perkara mudah.... T__T
ReplyDeletekalo kata teman saya, harus dibedakan antara "pengorbanan" dan "pengabdian" :D
toooooossss aaah *sodorin cookies sama kopi*
ReplyDeletehihi... tepat sekali "bersyukur, ikhlas, dan berdamai dengan keadaan" toh emang waktu tumbuh anak-anak kita tak akan tergantikan dengan apapun ya, Bun?
bahagia sekali melihat anak-anak tumbuh sehat dan aktif, ga kalah bahagia rasanya dengan orang yang naik pangkat :D
hmm, renungan yg bisa buat hati jd tenang.. krn ga merasa sndirian yg mrasakan hal yg intinya sama... pas di 3 thn pernikahan kami, sy benar2 ingin mulai merapikan mimpi2 utk tidak perlu iri dgn keadaan sekitar.. tp tetap bersyukur utk ttp bisa mnjadi skrg, dan trs berupaya menjadi pengajar yg baik drmh utk ank2 kelak.. mdh2n dgn sgl niat kita, Allah ttp memberikan ptunjuk dan berkahNya dlm tiap detik kehidupan kita yg selalu diliputi rasa lelah, jenuh dgantikan dgn janjiNya yg lbh indah di akhirat kelak...
ReplyDeletesemua rasa lelah atau sedih akan terobati ketika kita tahu bahwa anak kita akan lebih kuat, sehat dan baik perilakunya ketika kita asuh sendiri.. oleh ibunya sendiri, bkn oleh org lain.. krn spt kita ketahui, kehidupan anak2 atau remaja skrg bnr2 sdh memprihatinkan.. :(
jadi siapa lagi yg mampu memberikan plajaran benteng diri sjk kecil, dari lingkungan pertamanya yaitu keluarga... so, be happy being a mom ya, smuanya.... (sambil menyemangati diri sendiri ^^/ )
nice sharing mba,aq ngerasain hal yg sama jg.iri tiap liat temen yg s2 atau dpt beasiswa di luar negeri.kalo udah ky gitu aq selalu meyakinkan diri lg kalo jd ftm pilihan terbaik saat ini krn mendidik anak di periode emas ga bs ditunda tp kalo berkarir dan lanjut s2 bs kapan aja.makanya aq dan suami sepakat mau pny anak 4 dulu br aq sekolah lg..hehe..keburu tua ga ya? ;)
ReplyDeletehugs bunkim...
ReplyDeleteMakasiy ya sharingnya...
wahhh... tetep semangat ya bunda... ^^
ReplyDeleteBundaaa... Aku bukan ftm, tetapi kadang punya perasaan serupa. Dari smp tuh... Impianku cuma satu "KELILING DUNIA". Aku pengen berpetualang ... Berkunjung ke tempat2 baru. Makanya dari dulu dah punya cita2 jadi wartawan di BOLA. That dream came true. Lulus kuliah, aku langsung dpt kerjaan di tabloid olah raga itu. Impian utk menginjakkan kaki ke old trafford pun terwujud.... Tapi kalau boleh jujur, aku belum puas. Pengalamanku masi minim buangetsss. Di tengah rasa tidak puas itu, lahirlah mikaela pada 18 agustus 2009. Anehnya... Keinginan utk dinas luar negeri lenyap. Dah beberapa kali menolak tawaran bos utk liputan keluar negeri dgn alasan belum siap meninggalkan mikael. Emang kenyataannya begitu. Sedih klo inget muka bete nya mikael pas aku tinggal kerja... Beneran susah deh pisahnya. Sungguh aneh deh. Dulu, di antara anggota gank... Aku yg paling tomboy, paling doyan jalan, punya cita2 keliling penjuru dunia.... Kini ternyata aku yg paling susah ninggalin rumah. Malah temen2 ku dah ada yg keliling dunia, kuliah s2. Jujur, kadang aku merasa iri melihat mereka yg setiap saat bisa ada di eropa, yogya, bali.... Tp kalo pas liat muka lucunya mikaela... Aku hanya berpikir, aku beruntung bisa punya mikaela. Aku beruntung ada yg menantikanku di rumah... Krn kebanyakan teman yg hingga kini rajin berpetualang... Statusnya masih single. Maaaf jd ikutan curhat
ReplyDeleteHidup ibuuu!^^,
ReplyDeleteAq adlh slh 1 ibu yg menikmati hr2 bhgia with anak2 trcinta..hr2 bhrga ini g bs dgnti dgn apapun!
Mmh,aplg skrg ank q lg hobi nyanyiin aq lgu yg khusus bwt ibu..huhu
Bahagiaanyaaa^^.
keren nih tulisannya, menginspirasi bgt... like it
ReplyDeleteiya, bener sekali, Mbak... saya juga mikir hal yang sama. prihatin sekaligus miris dengan keadaan sebagian anak dan remaja kita yang agak aneh2 belakangan ini.
ReplyDeleteDan karena "IBU ADALAH SEKOLAH PERTAMA" anak, maka... semoga kita bisa benar2 ikhlas ya, belajar bersama anak agar bisa jadi ibu yang semestinya.. amiin
InsyaAllah ga keburu tua, Mbak. Walopun secara umur udah ga "komersil" karena biasanya dipersyaratkan umur 28 th kebawah... tapi nanti ada cara deh, ga tau gimana :D Selalu ingat kata Ikal di laskar pelangi "Langit mendengar semua mimpi dan memeluknya sampai nanti suatu saat, akan menumpahkannya tepat di atas kepala kita"
ReplyDeletesemangat ya, Mbak *menyemangati diri sndiri juga*
hugs Non Bolu dan Bundanya.. trimakasih juga udah mampir, Bun..
ReplyDeletemakasiiiiiiiiih, Mbak :)
ReplyDeletehihi.. iya gapapa, Mbak Wieta malem-malem ada yang curhat jadi terbawa emosi yaa...
ReplyDeleteKita secara naluriah selalu mengalahkan satu hal untuk hal lainnya yang menurut kita lebih berharga, dan bagi setiap ibu, anak-anak lah yang paling berharga. itulah kenapa kita para ibu dengan rela hati meninggalkan -atau sejenak meninggalkan- mimpi-mimpi yang udah dibangun bertahun-tahun. Lalu mulai membangun istana mimpi baru bersama si kecil yaaa...
iya, Mbak Timi... senang sekali emang ya bisa selalu mendampingi anak2.. :) apalagi kalo udah bisa nyanyi lagu buat Ibu hehe
ReplyDeletetrimakasih, Mbak Linda :)
ReplyDeletepagi ini sampe kntr dah baca ini.....hikkss jd sedih, sy sendiri sangat iri ingin jadi ftm tapi kondisi msh blom memungkinkan...
ReplyDeletesemangat, Buuuuuuun ^^
ReplyDeleteHweeee... Thanks for sharing mbak.... sangat menenangkan hati karna jadi sadar kl bukan cuma kau yg ngerasa bgini... Huhu
ReplyDeletetooos lagi.. *sayang cookies dan kopi-nya udah abis, Bun, klo masih mau ku tawarin.. biar enak sharingnya* huehehe ;;0
ReplyDelete:) juga
ReplyDeleteMba devi kapan yaa kita bisa ngupi2 bareng sambil ngemilin cookies coklat yg nikmat ituh.... *ngayal di tengah rintik hujan -dago- *
ReplyDeletetulisannya keren bgt...
ReplyDeleteserasa ngebaca isi kepalaku..
maaf sampe lupa ngomentarin isi jurnalnya :D
khekhekhe.. banyak temennya. horeee..
ReplyDeletehayuuuuk, aku udah lama ngimpi2 liburan di Bandung dan sekitarnya. Sejak dulu jaman lulus sekolah-hanimun-hamil-sampe sekarang belom kesampean juga T__T
air mata ku meleleh baca smua jurnal mba devi loh,,,kayaknya cocok banget jadi penulis dech,,bneran !!! dan paling banjir baca yang ini,,,huhuhuuuhuuuu,,ternyata aku ta sendirian !!! Apalagi bner2 jadi single fighter setelah ditinggal ayahnya naya dinas,,,jadi bner2 bisa semangat dan berhenti mengeluh walopun bdan tak lagi berkompromi dan kadang penat dak berujung,,Tapi jadi semangat lagi,,,,Makasih yah bunkim U so inspired mother,,( Salah ga yah spellingnya,,,) hehehehee..salam peluk untuk kimi,,dan kalo boleh minta tolong ayah kimi utk bisa ajari suamiku biar bisa kasih trik2 biar bikin bunnay meleleh,,,hauahuahauahauahauaa,,,
ReplyDelete