Sunday 20 August 2017

2 Hal yang Mengubah Hidup Saya Bulan Ini





Bagi orang seperti saya, yang seumur hidup hampir selalu berantakan, sepertinya memiliki rumah yang rapih hanya akan menjadi mimpi siang bolong saja. Apalagi hal itu didukung hasil penelitian bahwa orang yang berantakan itu adalah orang kreatif, calon orang sukses, dan lain sebagainya sehingga makin menjadi-jadilah kemalasan untuk membereskan rumah. Namun pada suatu hari, saya mulai merasa hidup saya berubah!

Sumber gambar: buzzfeed

Semuanya berawal ketika saya merasa perlu skincare baru lalu mulai blogwalking mencari review tentang produk skincare yang bagus tapi harganya terjangkau. Setelah membaca berbagai review, selanjutnya saya mulai mencari produknya di beberapa marketplace untuk mencari harga terbaik. Lalu keberuntungan membawa saya pada sebuah aplikasi yang khusus menjual barang preloved dan original, Prelo. Setelah dibandingkan dengan harga di marketplace lain, harga yang ditawarkan penjual di Prelo ini jauuuuh lebih murah, padahal kondisi barangnya masih baru. Segera saja saya klik tanda love di foto produknya untuk memasukkan produk ini ke lovelist saya, lalu menghubungi penjual untuk menanyakan stok dan tawar menawar harga. Tawar menawar di marketplace, memangnya bisa? Yap, nampaknya penggagas Prelo mengamati dengan teliti kebiasaan tawar menawar yang menjadi nafas di pasar tradisional kita, sehingga merekapun mengadopsinya dalam bentuk baru di aplikasi. Ketika sudah tercapai kesepakatan harga, maka harga barang akan otomatis terpotong sesuai harga baru hasil tawar menawar tadi. Singkat kata, lovelist pertama saya telah jatuh ke pelukan dengan harga menakjubkan.


Sambil menyelam sambil minum air, begitulah sambil saya mencari barang yang benar-benar saya perlukan, saya juga cuci mata dong di Prelo. Prelo ternyata lengkap dan mudah diakses, barang-barang dikelompokkan dalam 9 kategori agar kita mudah mencari barang sesuai jenisnya. Start up yang dibangun sejak tahun 2015 di Bandung ini mengusung gagasan berbelanja sambil menjaga lingkungan dengan moto 3R [reduce, reuse, recycle]. Prelo menjadi wadah bagi  pemilik barang bekas untuk memajang barang preloved berkualitas dan original dengan harga ramah. Barang-barang bekas ini bukan sekedar barang tak terpakai tapi barang yang penuh kenangan, pernah disayang-sayang, dan mungkin sangat berat untuk dilepaskan, maka tak berlebihan rasanya jika kemudian istilah ‘preloved’ disematkan pada barang-barang ini. Makanya tak heran, Prelo bertaburan barang preloved dengan harga menggiurkan dan saya dengan senang hati memasukkan semuanya ke dalam lovelist saya untuk memudahkan saya menemukannya lagi nanti ketika membutuhkan barang-barang tersebut.
Meskipun belanja online sangat praktis, mudah, dan harganyapun terjangkau, tapi itu tak boleh menjadi alasan bagi kita untuk berbelanja secara membabi buta. Kita tetap harus menjadi pembeli cerdas, membeli hanya apa yang benar-benar kita perlukan atau kita inginkan.


Menemukan barang-barang impian itu seringkali seperti menemukan jodoh: penuh lika-liku, mencari kesana kemari nggak ketemu lalu putus asa, tapi tahu-tahu malah menemukannya di tempat tak terduga. Seolah-olah semesta sudah memberikan magnet-magnet khusus untuk mempertemukan 2 hal yang terpisah dengan cara yang unik. Jadi ketika blogwalking mencari review skincare, nggak sengaja saya baca sebuah artikel tentang KonMari, yaitu seni beres-beres dan merapikan ala Jepang yang konon katanya telah merubah hidup jutaan orang. Sebagai messy-person yang ingin berubah, tentu saya tertarik. Sayapun mencari tau lebih lanjut tentang metode KonMarie dan bukunya yang berjudul “the life-changing magic of tidying-up” sambil berharap mimpi siang bolong saya terwujud. Membaca artikel tentang metode KonMarie ini membuat mindset saya berubah, ternyata bebenah rumah bukan hanya tentang bagaimana menyimpan barang dan membuang barang yang tak diperlukan, tapi sekaligus juga membantu kita menata kekhawatiran, berdamai dengan kenangan dan masa lalu, serta berani menghadapi keberantakan yang terjadi karena kesalahan-kesalahan kita sebelumnya.

Metode KonMari dari makespace


Pada akhirnya, saya sadar bahwa rumah rapih tak bisa hanya dicapai dengan cara membaca buku dan merenungkannya, tapi harus segera dipraktekkan. Sesuai dengan prinsip yang dijelaskan di buku bahwa untuk merapikan rumah mesti dilakukan per jenis barang, bukan per lokasi, jadi sayapun memilih untuk merapikan baju saya terlebih dahulu. Kenapa baju-baju? Karena di titik inilah saya seringkali kalap berbelanja dan tak semuanya bisa dipakai dengan nyaman sehingga banyak sekali yang terlipat rapih tanpa tersentuh selama berbulan-bulan. Saya juga sangat suka pada motif-motif kain, jadi kadang saya membeli baju hanya karena motifnya lucu, meskipun ukurannya nggak pas atau modelnya nggak terlalu suka dan pada akhirnya baju-baju inipun tetap tersimpan lengkap dengan tag masih menggantung.

Memilah baju untuk disimpan secukupnya dan direlakan selebihnya adalah sesuatu yang tidak mudah karena setiap baju punya kenangan tersendiri, apalagi untuk motif tertentu yang untuk mendapatkannya harus rebutan di sebuah onlineshop. Wah, harus menguatkan hati! Tapi saya ikuti juga petunjuk metode KonMari untuk memegang setiap baju dan memastikan apakah baju tersebut benar-benar terpakai atau benar-benar pantas disimpan? Jika tidak, maka taruhlah di tumpukan baju yang siap dilego.
Baju-baju sudah terkumpul dan siap disortir, lalu akan dikemanakan? Lagi-lagi keberuntungan membawa saya pada Prelo. Iya, aplikasi jual beli yang kemarin membantu saya mendapatkan lovelist, ternyata kali ini akan membantu saya mengurangi isi lemari. Setelah disimak, cara berjualannya mudah banget lho



Kenapa pilih Prelo sih? Prelo memang dibuat untuk mempermudah jual beli barang preloved. Jual beli barang preloved dengan barang baru itu menurut saya beda banget lho nuansanya. Beli barang baru ya gitu, kita beli sesuai harga pasaran dan kualitas standar merk tertentu yang sudah kita tahu sebelumnya. Nah, ketika kita membeli barang preloved maka kita belajar menakar ekspektasi dan menyejajarkan kualitas barang dengan harga yang ditawarkan. Seringkali kita akan menemukan barang dengan kualitas “seperti baru” atau “baguuus banget” dengan harga yang sangat ramah, dan rasanya itu seperti nemu harta karun! 



Prelo adalah aplikasi untuk siapa saja, paling tidak ada 8 kelompok yang diuntungkan dengan adanya Prelo, yaitu:

  1. Mereka yang ingin merapikan rumah
Meskipun termasuk messy-person, tapi saya percaya kalo suasana rumah yang rapih itu berpengaruh positif pada penghuninya. Setelah bebenah rumah, kita akan menemukan setumpuk barang tak terpakai yang masih sangat bagus kondisinya. Mau dikemanakan barang-barang sebanyak itu? Ada sepatu yang masih bagus, ada selimut bayi yang masih disayang, ada kosmetik yang dipakai hanya sekali untuk acara spesial, ada souvenir dan hadiah yang belum dibuka dari plastik pembungkusnya, Prelo-in aja! 

  1. Mereka yang ingin belanja murah
Barang preloved yang dijual di Prelo sudah dipastikan dalam keadaan baik, bahkan ada juga barang new with tag, yang dijual dengan harga sangat ramah kantong. Bagi kita yang berbelanja mencari yang termurah, bisa gunakan feature Prelo “mencari harga terendah” dan silakan pilih yang paling sesuai dengan budget. Saya sudah membuktikan, serum Bioderma yang harga barunya 380rb [ini harga paling murah di beberapa marketplace yang sudah saya telusuri], saya dapatkan dengan harga 125rb saja di Prelo, free ongkir lagi.

  1. Mereka yang mencari modal tambahan
Ketika perlu tambahan modal, coba cek sekeliling rumah, tumpukan baju di lemari, kotak-kotak yang jarang kita buka, atau rak berisi barang kesayangan. Seringkali kita lupa pernah menyimpan ini itu karena sayang mau dipake dan pada akhirnya baju anak udah kekecilan, sepatu jadi kesempitan, buku lupa dibaca dan lain sebagainya. Merekalah sumber modal baru: Prelo-in aja!

  1. Mereka yang peduli lingkungan
Menggunakan barang bekas berarti kita ikut memperpanjang masa pakai  sekaligus mengurangi potensi sampah bumi. Setiap lembar kertas, setiap helai kaos, setiap mainan anak, dan setiap benda yang kita pakai sehari-hari dibuat dengan proses panjang yang seringkali tak ramah lingkungan. Belum lagi sumber daya alam yang dipakai untuk menghasilkan benda-benda tersebut. Dengan menjual dan membeli barang di Prelo, kita ikut mengkampanyekan 3R [reduce, reuse, recycle].

  1. Mereka yang ingin beramal
Erupsi gunung berapi di Sinabung, banjir di Belitung, dan kebakaran disana sini, kita ingin membantu tapi tak punya uang cash. Ada sih tas selempang yang masih layak pakai, selusin lipstick dan mascara yang belum pernah dipakai sekalipun, tapi itu kan nggak mungkin disumbangkan. Prelo-in aja dulu. Jika barang kita sudah laku, uangnya bisa kita sumbangkan kepada mereka yang membutuhkan.

  1. Mereka yang mengutamakan kualitas dan kepuasan berbelanja
Kadang orang menghindari membeli barang second karena khawatir barangnya tak sesuai dengan ekspektasi. Tapi di Prelo, ada jaminan transaksi dilakukan dengan aman, ada masa garansi untuk memastikan barang yang diterima pembeli sesuai dengan kondisi yang tertera di aplikasi, dan jaminan bahwa barang yang dijual adalah barang autentik.

  1. Mereka yang nggak mau panas-panasan belanja langsung ke toko/ pasar/ mall
Sudah bukan rahasia lagi bahwa cari parkiran di mall itu susahnya bikin mood drop sampai level terrendah. Belum lagi macetnya, belum lagi panas yang menghapus make up sempurnamu dengan hempasan keringat, dan lain-lain. Apalagi kalau yang kita cari adalah barang second, terbayang sulitnya kan? Untung saja ada Prelo, belanja barang bekas berkualitas tanpa perlu berpanas-panas.

  1. Mereka yang ingin mengasah keterampilan berjualan
Pernah denger orang bilang begini: aku nggak bakat dagang nih! Saya dulu termasuk orang yang selalu bilang begitu, tapi buktinya saat ini saya sudah hampir 8 tahun berjualan online dengan omzet yang lumayan buat jajan. Awal mulanya dulu hanya iseng menjual baju-baju bayi yang kekecilan dan ex kado. Karena bayi saya pas lahir udah gede badannya, jadi baju-baju newborn yang imut-imut itu nggak kepake, saya foto satu persatu dan dipajang di sebuah forum sharing. Nggak nyangka, baju-baju tersebut laku dalam hitungan jam. Bulan berikutnya, saya datang lagi ke toko yang menjual baju-baju tersebut untuk kulakan dan mulai membuka toko online. Begitulah, ternyata berdagang itu adalah seni yang bisa dipelajari. Dimulai dengan belajar menjawab pertanyaan dari pembeli dengan ramah dan informatif, memotret dan mendandani barang jualan agar menarik, menawarkan barang dagangan, hingga membuat konsep toko yang sesuai dengan passion kita, semuanya dapat dimulai dari belajar menjual barang preloved di Prelo.


Kalau kalian termasuk dalam salah satu kelompok tersebut, yuuk mulai gunakan Prelo. Jual beli barang bekas, aman, berkualitas!

No comments:

Post a Comment