Wednesday 26 January 2011

[renunganbunda] gelisah mengapung di cangkir kopi...


[momen yang langka malam ini, Kimi udah bobok dan Ayahnya belum pulang]

Ditemani sebungkus cookies dan secangkir kopi cream, tadi iseng browsing blog di wordpress. Teman-teman seangkatan dulu ternyata udah banyak yang lulus S2, sekolah ke luar negeri, dapet beasiswa ini itu dan sebagainya. jujur, saya iriiiiii se iri-irinya. Dulu waktu jaman masih sekolah, saya termasuk penggila mata kuliah psikologi gender. bahkan tugas akhir saya juga kental sekali aroma "kesetaraan gender dan emansipasi wanita". waktu itu saya sangat bersyukur bahwa saat ini perempuan punya akses mudah ke ranah domestik, bisa melakukan apapun yang diimpikannya. maka salah satu mimpi saya waktu itu adalah "bekerja sukses dan bisa sekolah setinggi mungkin"..
Tapi di usia ke-25, ada kejadian yang merubah segalanya, yang tak pernah terbayang sebelumnya! kelahiran seorang Kimi. Beneran, saya tidak pernah diajari bagaimana jadi ibu, bagaimana perasaan seorang ibu dulu waktu kuliah. saya kira emansipasi perempuan itu adalah sesuatu yang teknis. ternyata saya salah besar. lalu mulailah hari-hari saya diganggu ketidak tenangan karena harus pergi pagi-pulang malam dan meninggalkan anak sendirian di rumah (ps. cuma sama pembantu). sekalii lagi, saya tidak pernah diajari bahwa seorang ibu akan menghabiskan hampir 100% waktunya untuk bergulat dengan perasaan bersalah, sedih, tak rela, dll ketika bekerja dan harus meninggalkan anaknya di rumah.
maka di tengah kegalauan yang panjang itu, saya memutuskan untuk jadi ibu rumah tangga saja tepat ketika usia Kimi setahun. waktu itu, saya ingat ada pro-kontra dari teman-teman sekantor. ada yang menyayangkan karena track record saya lumayan oke (hihi.. perasaan saya aja kali ya? :D) tapi banyak juga yang mendukung dan salut dengan sungguh-sungguh. saya belum lupa percakapan via YM dengan seorang teman yang menanyakan "kenapa resign, Dev? kan Kimi udah ada yang ngasuh". refleks saya jawab "karena Kimi ga cuma butuh disuapi dan digendong, tapi juga diajari cara bersikap, memecahkan masalah, mengembangkan kepercayaan diri, dan banyak lagi lainnya. aku ibunya, dan rasanya ga mungkin aku membayar orang lain untuk mencintainya, mengajarinya semua itu. Karena bayi belajar detik per detik dari orang yang didekatnya. Bayi belajar tentang pemaksaan ketika mendapat suapan tanpa kasih sayang. Bayi belajar ketidakpercayaan ketika tangan yang memeluknya tak mengalirkan energi cinta. Bayi belajar tentang manipulasi ketika pengasuhnya berpura-pura sayang kepadanya"
Ibu-ibu lain mungkin punya kekuatan yang supertanggunh jadi bisa melawan semua perasaan itu, sedang saya tidak. Maka setelah itu, resmilah saya berpredikat bukan lagi karyawati. Saya bersama Kimi 24 jam: mengelap makanan yang dilepehnya, mengusap air matanya ketika menangis, mengganti popoknya, menyiapkan menu makanan dan menyuapainya, mengepel lantai yang basah karena pipis atau tumpahan minuman, menggendongnya ketika merajuk, membersihkan bekas pup-nya, memasakkan air panas untuk mandi, memandikan dan memakaikan bajunya, memeluknya, menciumi sekujur badannya setiap bangun tidur, mengagumi wajah polosnya ketika bangun tidur, dan semuanya.
siapa bilang saya ga capek?! justru lebih capek daripada dulu waktu masih kerja :D dan lagi, saya "sedikit merasa" menelantarkan mimpi-mimpi saya dulu untuk sekolah lagi dan sebagainya karena sibuk dengan Kimi. Tapi pikiran jernih saya selalu menenangkan dengan beragumen bahwa menjadi seorang ibu adalah "never ending learning" kuliah gratis tis tis tanpa aturan jam kuliah dan minimum SKS. Bagaimana tidak?! saya belajar tentang kesabaran (untuk tidak berteriak sepanjang hari karena melihat Kimi berakrobat dengan meja-kursi-kabel listrik-sapu-ember dan sebagainya), saya belajar tentang kepasrahan (seorang makhluk Tuhan yang 100% percaya pada ibu-nya, begitu polos dan jujur), saya belajar tentang grafik pertumbuhan seorang anak yang begitu pesat, saya belajar tentang manajemen waktu, saya belajar tentang modelling, dan lainnya.
saya cuma harus meyakinkan diri bahwa saya -sama sekali- tidak jalan di tempat. saya harus merapikan mimpi-mimpi saya lagi, menaruhnya di tempat yang cukup mudah untuk saya jangkau, dan mulai mengatur langkah untuk menggapainya.
Untuk sahabat-sahabat yang hari ini diwisuda di GSP, selamat dan sukses. InsyaAllah saya menyusul nanti. mungkin ditemani 2 atau 3 PW (pendamping wisuda, pen.)
Untuk teman-teman yang menikmati musim panas atau musim dingin, saya juga akan menyusul nanti :D

*** Nyam nyammmm... sebungkus cookies amblas di perut saya. tangan kanan mengambil cangkir kopi dan meliriknya... gumpalan kegalauan yang tadi mengapung disana mulai mencair dan lumer. saatnya menutup laptop dan berbincang dengan Ayah Kimi tentang hari yang indah...

selamat malam,
RwP, 26 Jan 2011
[impor dr blog multiply]