Monday 11 August 2014

Soto Udang





Minggu pagi kemarin liat liputan kuliner di medan, soto Kesawan. Haduuh... tetiba lapar melanda liat kuah soto yang kekuningan, taburan daun sledri, dan udang yang jingga merona hehe. Jadi kita sarapan soto Kesawan pagi ini? Yap, tapi ga usah jauh-jauh ke Medan, cukup kemluthek sebentar di dapur dan siaplah mangkuk-mangkuk berisi kuah soto udang ala soto kesawan. Kebetulan kami memang selalu punya stok udang di freezer. Udang jadi lauk andalan selain telur. Karena gampang dan cepet diolah, dan juga yang penting ‘gurih’nya nendang banget. Kalo daging sapi/ayam perlu waktu lama untuk memasak dan “mengeluarkan” gurih kaldunya, maka udang hanya perlu waktu beberapa menit saja untuk jadi makanan siap saji. Yap, saya biasanya memasak udang Cuma 2-3 menit saja. Hasilnya? Udah yang renyah, segar, manis, tidak alot, dan gurih.



Karena ga nemu resep soto kesawan di google, akhirnya bikin dengan panduan resep soto udang medan. Dari segi penampakan, udah mirip-miriplah.. kalo rasanya? Ga beda jauh dari soto pada umumnya, Cuma karena ada tambahan ketumbar jadi agak beda dikiiit. Selain itu, kaldu udang terasa sangat segar, dipadu dengan daging udang yang renyah dan manis. Beda dari soto daging sapi atau ayam yang biasanya “perlu” energi banyak untuk mengunyah. Semoga memang seperti itulah cita rasa soto kesawan yang di medan hehe.
Untuk kaldu kuahnya, saya juga memanfaatkan kulit dan kepala udang yang sudah dibersihkan. Jadi setelah dibersihkan, pisahkan udang dengan kulitnya. Lalu kulit dan kepala udang ditumis sampai berubah warna lalu ditambahi air 2 gelas, masak sampai mendidih, lalu saring. Kaldu kulit udang siap dipakai. Untuk penyajiannya selain udang, saya cuma tambahin irisan seledri dan daun bawang + tauge. 



Yang mau coba bikin, berikut ini resep yang saya pakai:



SOTO UDANG
Resep asli dari sini, modifikasi oleh BunKim

Bahan:
650 gr udang pacet, bersihkan, sisihkan kulit dan kepalanya untuk kaldu kulit udang [caranya ada diatas ya]
2 sdm perasan jeruk nipis
Garam secukupnya
Minyak secukupnya, untuk menumis dan menggoreng
2 batang serai, ambil bagian putihnya, memarkan
3 lembar daun salam
3 lembar dan jeruk purut
300 ml santan kental

Bumbu Halus :
8 buah bawang merah
5 siung bawang putih
1 sdt ketumbar, sangrai
3 cm kunyit, panggang
2 cm jahe
2 cm lengkuas

Pelengkap:
Tauge, rebus sebentar lalu tiriskan
Irisan daun bawang dan sledri
Bawang goreng

Cara Membuat :

1. Lumuri udang dengan air jeruk nipis dan garam, aduk hingga rata dan sisihkan. Buat kaldu kulit udang.
2. Tumis bumbu halus hingga harum. Masukkan serai, daun salam dan daun jeruk. Aduk hingga layu.
3. Tuang santan kental, masak sambil terus diaduk hingga mendidih.
4. Tambahkan kaldu kulit udang dan masak hingga mendidih.
5. Masukkan udang, masak sebentar [sekitar 3 menit, sampai berubah warna] lalu angkat dan tiriskan udangnya. Masukkan irisan daun bawang dan sledri ke kuah soto. Matikan api
6. Sajikan dengan taburan bawang goreng.

Untuk: 5 porsi

Happy cooking :)
Devi - BunKim

Friday 31 January 2014

IDFB #14 Olahan Beras: Punten Pecel




Kalo pecel, semua orang pasti udah tau ya. Kalo punten? Apa itu punten? Bahasa Sunda untuk “maaf”? Hmm..mungkin iya. Tapi punten yang satu saya buat siang ini bukan jenis punten Sunda hehe. Saya baru ‘kenal’ punten sekitar sebulan lalu waktu mudik ke rumah suami di Blitar, Ibu Mertua dengan bersemangat menawari saya untuk sarapan “punten pecel”. Sayangnya bakul punten pecel yang ditunggu-tunggu ga datang selama 2 hari, jadi rasa penasaran saya hanya bisa dijawab dengan penjelasan Ibu kalo punten itu nasi gurih yang dipadatkan. Oke, ingatan saya langsung tertuju pada jadah [makanan khas Jogjakarta, terbuat dari ketan yang ditetel dan dipadatkan, biasanya dijajakan bersama bacem tempe/tahu. Di Jakarta dan sekitarnya, jadah ini biasanya dijual dalam bentuk gorengan/bakaran, belum pernah nemu jadah bacem disekitar sini] dan legendar [di kampung saya, biasa dibuat dari nasi sisa yang dikukus ulang lalu dihaluskan dan dipadatkan. Bisa dimakan begitu saja dengan tambahan kelapa parut dan kuah gula jawa/ juruh atau diiris tipis, dijemur, lalu digoreng jadi krupuk legendar]. Untungnya pada hari ke-3 saya di Blitar, Ibu berhasil juga nyegat bakul punten pecel... ah ya bentuknya mirip jadah, Cuma punten ini terbuat dari beras dan ada tambahan parutan kelapa muda. Rasanya gurih dan kenyal, mak nyooos dipadu sambel pecel Blitar yang pedas manis. Sluuuurp...!!! Kalo yang belum familiar dengan jadah atau legendar, maka punten pecel ini juga identik dengan lontong atau ketupat. Kalo lontong/ketupat berrasa hambar maka punten berrasa gurih santan dan wangi daun salam...



 Lalu siang ini saya ngotot bikin punten pecel di tengah keterbatasan bahan dan mahalnya sayur-mayur [kangkung dan bayam, harganya naik hampir 4 kali lipat pagi tadi >,<] karena semalam mampir IDFB dan tiba-tiba kangeeeeeeen masak lagi. FYI, saya udah hampir 2 bulan nggak masak yang agak serius karena baru buka lapak baru dan itu menguras energi dan pikiran, ternyata ya. tiap hari Cuma masak standar sayur dan lauk, cemilan pun paling Cuma pisang goreng. Dan siang ini, mumpung tanggal merah, bisa memberantaki dapur lagi :D Kebetulan juga IDFB challenge bulan Januari ini adalah masakan olahan beras yang didukung PureGreen sebagai penyedia beras organik berkualitas yang bisa dikonsumsi keluarga yang mengutamakan gizi dan kesehatan makanan [http://puregreenorganic.com/]. Maka punten pun bisa jadi alternatif pengolahan beras kalo ada yang bosen makan nasi terus tiap hari. Bagi Ibu-Ibu yang punya anak kecil, punten bisa dicetak di bento mold atau cetakan coklat yang lucu-lucu biar si kecil lahap maemnya hehe


 Nah kembali ke punten. Punten ini banyak ditemui di Blitar, Tulung Agung, Kediri dan sekitarnya. Dijual di warung makan atau dijajakan dari rumah ke rumah dengan harga sangat terjangkau, cukup 2-4rb saja per porsi. Lalu kenapa namanya punten sih? Saya juga ga ngerti dan dari hasil googling semalam pun tidak menemui titik terang asal muasal nama unik ini. Cuma di satu blog diceritakan kalau punten ini hasil kreasi para petani di daerah Jawa Timur yang menciptakan bekal yang praktis untuk dibawa kerja ke sawah. Punten dengan bentuknya yang padat dan rasanya sudah gurih, tentu praktis dijadikan bekal. Sukur-sukur kalo ada tambahan pecel, gorengan, dan krupuk :)



[Resep] 
PUNTEN PECEL

  1. Punten:
-          1 gelas beras Pure Green
-          3 gelas santan cair
-          2 lembar daun salam
-          2 sdm kelapa muda parut
-          ½ sdt garam

Cara membuat:
1. Rebus santan, garam, dan daun salam sampai mendidih, masukkan beras. Masak sampai air habis
2. angkat beras lalu campur dengan kelapa parut, aduk rata. Kukus sampai matang
3. panas-panas haluskan dengan tumbukan kayu/batu, lalu cetak di nampan atau baskom yang sudah dialasi daun pisang/plastik dan dioles sedikit minyak sayur, padatkan
4. setelah dingin, potong-potong dan sajikan bersama sayuran dan siraman sambel pecel

  1. Pecel:
-          Sayur mayur [kacang panjang, tauge, kangkung, bayam, sawi] direbus, tiriskan
-          Sambel pecel: kacang tanah digoreng lalu dihaluskan bersama cabai rawit, bawang putih, daun jeruk purut, kencur, garam, sedikit air asam jawa, dan gula jawa], encerkan dengan sedikit air matang
-          Krupuk untuk pelengkap

Selamat memasak ^^
Devi - BunKim