Wednesday, 10 August 2016

Realisasi RTH Bekasi, Langkah Awal Meningkatkan Kualitas Hidup Warga


Tahun 2014 lalu, Kota Bekasi pernah menjadi sangat popular dengan beredarnya meme-meme yang menganggap kota ini macet, panas, langganan banjir, dan jalanannya rusak di sana-sini. Meskipun meme tersebut bernada iseng, tapi harus diakui bahwa kota Bekasi memang menghadapi masalah dalam penataan kota dan fasilitas umum seperti yang dikeluhkan dalam meme. Pertumbuhan bangunan mall dan pertokoan di Bekasi termasuk sangat pesat tapi tidak diimbangi dengan pertumbuhan ruang terbuka hijau/ RTH. Salah satu penyebabnya adalah karena keterbatasan lahan, sehingga pemerintah kota kesulitan merealisasikan pembangunan RTH sebanyak 30% dari luasan kota. RTH juga dinilai sebagai tempat yang tidak menjanjikan secara ekonomi, sehingga tak banyak pihak swata yang tertarik mengelola. Padahal, RTH memiliki peran penting bagi kelestarian lingkungan dan berkontribusi besar untuk meningkatkan kualitas hidup warga kota.


Kota Bekasi yang terletak di sebelah timur Ibukota Jakarta, memiliki luas total 210,49 kilometer persegi. Meskipun letaknya sangat dekat dengan Ibukota, namun masih ada ruas jalan yang rusak sehingga menimbulkan kemacetan panjang setiap harinya. Kemacetan juga terjadi karena penyebaran jumlah penduduk dan pusat-pusat perekonomian yang tidak merata. Mall-mall berderet di pusat kota sehingga ruas jalan di dalam kota menjadi sangat macet. Mestinya dengan perencanaan penataan kota yang matang, lokasi pusat perbelanjaan bisa diatur sedemikian rupa sehingga tak semuanya berjejer dalam satu lokasi. Bekasi memang sudah lama menjadi daerah satelit Jakarta, ribuan pekerja Ibukota yang pulang-pergi dari Bekasi setiap hari. Data Badan Pusat Statistik (BPS) bulan lalu menunjukkan, sebagian besar komuter di luar DKI Jakarta yang setiap hari pulang-pergi ke Ibu Kota ternyata paling banyak yang berdomisili di Kota Bekasi (14,8 persen).

Seiring dengan pertumbuhan jumlah penghuni kota Bekasi, permintaan akan lahan untuk perumahan dan pemukiman pun semakin melonjak. Para pengembang yang membaca peluang ini berduyun-duyun membangun kompleks-kompleks perumahan, mall, dan pertokoan. Hingga 2015 terdapat sekitar 14 mall yang beroperasi di Bekasi dan masih akan terus bertambah hingga di angka 25 pada tahun 2019.

Minimnya RTH

Jika pusat-pusat perbelanjaan dan ruang komersil dibangun tanpa melalui proses perencanaan dan penataan berkelanjutan serta evaluasi yang baik, maka berbagai masalah akan muncul sebagai efek samping, misalnya banjir karena minimnya lahan hijau, naiknya suhu dan polusi udara, minimnya tempat terbuka untuk bersosialisasi para warga kota, tata kota yang semrawut dan tak nyaman, dan lainnya.
Saya sebagai warga yang telah tinggal di Bekasi selama 5 tahun, selalu kesulitan mencari ruang terbuka sekedar untuk duduk-duduk bersama keluarga di akhir pekan atau bermain bola di lapangan berumput. Jika ingin suasana hijau alami, kami biasanya ke Bogor atau Monas yang berjarak sekitar 30km dari tempat tinggal kami. Masalah yang sama pastilah juga dialami oleh ribuan warga Bekasi lainnya, padahal jika di Bekasi disediakan cukup RTH maka pada akhir pekan, warga Bekasi tak usah bermacet-macet lagi keluar kota dan bisa menikmati kesegaran di dalam kota sendiri. Saat ini Bekasi baru memiliki 15% RTH, [seluas 774.088 km pada tahun 2014] yang terdiri atas 11% RTH pribadi dan 4% RTH publik. Padahal menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, setiap kota minimal harus memiliki 30% RTH dari total wilayah.
Kenapa penyediaan RTH begitu penting? Karena RTH memiliki banyak sekali fungsi yang mendukung peningkatan kualitas hidup kota Bekasi dan warganya. Fungsi dan manfaat RTH yang berhubungan dengan alam antara lain: RTH sebagai bagian dari sistem sirkulasi udara (paru-paru kota); pengatur iklim mikro agar sistem sirkulasi udara dan air secara alami dapat berlangsung lancar; peneduh; produsen oksigen;  konservasi air; penyedia habitat satwa; penyerap polutan; meminimalisir kebisingan; dan penahan angin. Fungsi tambahan yang berhubungan dengan sosial dan budaya masyarakat (tempat sosialisasi warga kota; tempat rekreasi; lokasi dan objek penelitian alam); fungsi terkait ekonomi (RTH menghasilkan buah/sayur/produk yang bernilai ekonomi atau bahkan dikelola menjadi daerah pertanian urban); dan fungsi estetika (meningkatkan kenyamanan dan keindahan kota; meningkatkan kreativitas dan produktivitas warga; membentuk keindahan arsitektural; dan menciptakan integrasi antara bangunan dan ruang terbuka).

Penataan alternatif

Pemerintah kota Bekasi sudah merencanakan optimalisasi penyediaan RTH dengan program 1000 taman, tapi keseriusan pemerintah masih belum dirasakan oleh masyarakat umum hingga akhir tahun 2016 ini. Salah satu hal yang mengganjal adalah mahalnya harga lahan sehingga rencana pembangunan RTH terhambat di masalah pembebasan lahan. Untuk itulah perlu dilakukan alternatif penyediaan RTH yang bisa diterapkan di kota dengan keterbatasan lahan seperti Bekasi. RTH tidak harus berupa taman dengan luas sekian ratus meter tapi bisa juga memanfaatkan lahan kosong seperti sempadan sungai, sempadan rel kereta api, atau kolong jembatan layang. Selain itu, vertical garden dan green roof juga bisa menjadi solusi untuk keterbatasan lahan. Optimalisasi juga bisa dilakukan dengan memanfaatkan trotoar, penanaman tanaman merambat yang ditunjang dengan pergola membuat trotoar lebih nyaman digunakan sekaligus menyumbang tambahan ruang hijau kota.
Berikut ini beberapa contoh kota yang telah menerapkan penyediaan RTH alternatif yang dapat kita jadikan contoh untuk diterapkan di Bekasi:

1    1. Vertical Garden
Vertical garden adalah penanaman yang dilakukan  pada struktur vertikal seperti tanggul atau dinding (retaining wall). Dapat ditempatkan pada dinding bangunan maupun dinding khusus yang memang ditujukan untuk taman di ruang terbuka, misalnya di sempadan sungai atau tepi  jalan raya. Struktur yang pakai pada vertical garden yaitu frame, rangka baja ringan, besi hollow. Wadah dan media tanam menggunakan pot, karpet Glass Wool, PVC Board, polycarbonate, serat kelapa dan serbuk kelapa. Sistem irigasi pada vertical garden menggunakan irigasi sistem tetes. Jenis tanaman yang ditanam bisa bervariasi, disesuaikan dengan kebutuhan dan ketersediaan fasilitas.
Saat ini, vertical garden sudah banyak diterapkan di bangunan-bangunan swasta, misalnya Bintaro Jaya Xchange Mal, Gedung Sandjaya, dan lainnya. Penerapan sistem ini masih terkendala tingginya biaya pemasangan dan perawatan, namun jika menilik pesatnya perkembangan teknologi hijau, kemungkinan penerapan vertical garden dengan biaya terjangkau adalah sangat mungkin dalam beberapa tahun ke depan.



2    2. Green roof atau taman atap
Green roof adalah taman yang berada di atas atap bangunan atau gedung. Inovasi ini tentu sudah sangat kita kenal melalui 7 keajaiban dunia, yaitu taman gantung babilonia. Ya, ide cemerlang pada abad 7 M yang sangat tepat diaplikasikan untuk menambah jumlah RTH di kota Bekasi yang mengalami keterbatasan lahan. Selain fungsi menambah kelestarian lingkungan, ternyata green roof juga bisa meningkatkan daya tahan atap/ bagian atas bangunan karena melindungi atap dari kerusakan akibat perubahan iklim dan suhu.
Green roof bisa diterapkan di gedung-gedung pemerintahan, gedung komersil, maupun permukiman. Pemerintah perlu melakukan pengaturan khusus, misalnya untuk bangunan dengan luas tertentu wajib memiliki green roof sehingga semua pihak bisa berkontribusi terhadap terwujudnya RTH. Hal serupa telah diterapkan di Jepang, melalui Flying Green Project sejak 2004 diberlakukan peraturan minimal 20% atap gedung bertingkat dijadikan taman atap. Kewajiban ini diberlakukan pada setiap gedung layanan publik (luas minimal 250 M2) dan fasilitas komersial privat (luas minimal 1.000 M2). 
http://wawansome.blogspot.co.id/2011/02/taman-atap-alternatif-ruang-terbuka.html.
Berikut ini contoh green roof yang ada di Fukuoka, Jepang: ACROS building roof garden.



3    3. Pergola trotoar
Beberapa ruas jalan di kota Bekasi tidak memiliki trotoar yang layak, banyak bagian yang rusak atau dipakai oleh pedagang kaki lima untuk menjajakan dagangannya. Saya sering berjalan kaki melintasi Jl. Kh. Noer Ali di tepi Kalimalang sejauh 3km, dan dari ruas sepanjang itu hanya sekitar 500m saja yang memiliki trotoar layak pakai yaitu di deretan pertokoan seberang Grand Metropolitan Mall hingga Metropolitan Mall.


  Meskipun demikian, tak terlalu muluk rasanya kita merencanakan bahwa suatu saat Bekasi memiliki trotoar yang layak dan dipayungi pergola yang rimbun. Trotoar yang ada di bagian bawah pergola dapat dilalui dengan nyaman karena teduh, RTH pun bisa bertambah.






4    4. Optimalisasi RTH di lahan tak terpakai
RTH tak melulu harus berupa taman yang serba luas dengan fasilitas lengkap tapi bisa juga memanfaatkan lahan-lahan sempit yang terbengkalai, misalnya sempadan sungai, sempadan rel Kereta Api, atau kolong jembatan layang. Bekasi memiliki 20 sungai yang dapat dikelola untuk meningkatkan kualitas lingkungan kota.




Ternyata ada banyak sekali alternatif jika pemerintahan kota Bekasi ingin mewujudkan Bekasi sebagai kota hijau. Bahkan rencana tata ruang wilayah Kota Bekasi 2010-2030 mempunyai prioritas penataan ruang yang bertujuan mewujudkan sebuah kota tempat hunian dan usaha kreatif yang nyaman dengan peningkatan kualitas hidup berkelanjutan. Sekarang saatnya merealisasikan rencana-rencana tersebut. Bekasi memiliki banyak potensi dan peluang untuk menjadi kota yang ramah dan nyaman. Pesatnya pembangunan di Bekasi membuat kota ini maju secara ekonomi. Banyak pihak yang ingin berkontribusi terhadap keberlangsungan pembangunan di Bekasi, lalu sekarang bagaimana caranya memanfaatkan dan mengarahkan potensi itu hingga Bekasi bisa tumbuh menjadi kota yang mampu menyokong kehidupan berkualitas untuk warganya.

** Tulisan ini diikutsertakan dalam Kompetisi Blogging Balitbang PUPR 1-10 Agustus 2016



Sumber gambar:
1. meme, sumber
2. Wilayah Bekasi, sumber
3. Vertical garden Natgeo, sumber
4. Editt Ecological Tower, Singapura, Sumber
5. ACROS building roof garden, sumber: green roof
6. Trotoar di Bekasi, sumber 
7. Trotoar dengan pergola di Malioboro, Sumber
8. Southbank Arbour di Australia, sumbe
9. Sungai Cikapayang Bandung, sumber
10. Yarra River di Australia, sumber
11. Poster lomba PUPR, sumber


 Sumber Bacaan:
http://www.penataanruang.com/ruang-terbuka-hijau.html







2 comments:

  1. Sekarang pinggir jalan kalimalang ada trotoar yang lega loh, hehe,

    Salam kenal

    ReplyDelete
    Replies
    1. sepanjang perempatan galaxy - MM, yang layak untuk jalan masih sedikit hehe

      terimakasih sdh mampir mas :)

      Delete