Tahun 2014 lalu, Kota Bekasi pernah menjadi sangat popular
dengan beredarnya meme-meme yang menganggap kota ini macet, panas, langganan banjir,
dan jalanannya rusak di sana-sini. Meskipun meme tersebut bernada iseng, tapi
harus diakui bahwa kota Bekasi memang menghadapi masalah dalam penataan kota
dan fasilitas umum seperti yang dikeluhkan dalam meme. Pertumbuhan bangunan
mall dan pertokoan di Bekasi termasuk sangat pesat tapi tidak diimbangi dengan
pertumbuhan ruang terbuka hijau/ RTH. Salah satu penyebabnya adalah karena keterbatasan
lahan, sehingga pemerintah kota kesulitan merealisasikan pembangunan RTH
sebanyak 30% dari luasan kota. RTH juga dinilai sebagai tempat yang tidak
menjanjikan secara ekonomi, sehingga tak banyak pihak swata yang tertarik
mengelola. Padahal, RTH memiliki peran penting bagi kelestarian lingkungan dan
berkontribusi besar untuk meningkatkan kualitas hidup warga kota.
Kota Bekasi yang terletak di sebelah timur Ibukota Jakarta, memiliki luas total 210,49 kilometer persegi. Meskipun letaknya sangat dekat dengan Ibukota, namun masih ada ruas jalan yang rusak sehingga menimbulkan kemacetan panjang setiap harinya. Kemacetan juga terjadi karena penyebaran jumlah penduduk dan pusat-pusat perekonomian yang tidak merata. Mall-mall berderet di pusat kota sehingga ruas jalan di dalam kota menjadi sangat macet. Mestinya dengan perencanaan penataan kota yang matang, lokasi pusat perbelanjaan bisa diatur sedemikian rupa sehingga tak semuanya berjejer dalam satu lokasi. Bekasi memang sudah lama menjadi daerah satelit Jakarta, ribuan pekerja Ibukota yang pulang-pergi dari Bekasi setiap hari. Data Badan Pusat Statistik (BPS) bulan lalu menunjukkan, sebagian besar komuter di luar DKI Jakarta yang setiap hari pulang-pergi ke Ibu Kota ternyata paling banyak yang berdomisili di Kota Bekasi (14,8 persen).
Seiring dengan pertumbuhan jumlah penghuni kota Bekasi, permintaan akan lahan untuk perumahan dan pemukiman pun semakin melonjak. Para pengembang yang membaca peluang ini berduyun-duyun membangun kompleks-kompleks perumahan, mall, dan pertokoan. Hingga 2015 terdapat sekitar 14 mall yang beroperasi di Bekasi dan masih akan terus bertambah hingga di angka 25 pada tahun 2019.
Kota Bekasi yang terletak di sebelah timur Ibukota Jakarta, memiliki luas total 210,49 kilometer persegi. Meskipun letaknya sangat dekat dengan Ibukota, namun masih ada ruas jalan yang rusak sehingga menimbulkan kemacetan panjang setiap harinya. Kemacetan juga terjadi karena penyebaran jumlah penduduk dan pusat-pusat perekonomian yang tidak merata. Mall-mall berderet di pusat kota sehingga ruas jalan di dalam kota menjadi sangat macet. Mestinya dengan perencanaan penataan kota yang matang, lokasi pusat perbelanjaan bisa diatur sedemikian rupa sehingga tak semuanya berjejer dalam satu lokasi. Bekasi memang sudah lama menjadi daerah satelit Jakarta, ribuan pekerja Ibukota yang pulang-pergi dari Bekasi setiap hari. Data Badan Pusat Statistik (BPS) bulan lalu menunjukkan, sebagian besar komuter di luar DKI Jakarta yang setiap hari pulang-pergi ke Ibu Kota ternyata paling banyak yang berdomisili di Kota Bekasi (14,8 persen).
Seiring dengan pertumbuhan jumlah penghuni kota Bekasi, permintaan akan lahan untuk perumahan dan pemukiman pun semakin melonjak. Para pengembang yang membaca peluang ini berduyun-duyun membangun kompleks-kompleks perumahan, mall, dan pertokoan. Hingga 2015 terdapat sekitar 14 mall yang beroperasi di Bekasi dan masih akan terus bertambah hingga di angka 25 pada tahun 2019.
Minimnya RTH
Jika pusat-pusat perbelanjaan dan ruang komersil dibangun tanpa
melalui proses perencanaan dan penataan berkelanjutan serta evaluasi yang baik, maka berbagai masalah akan muncul sebagai efek samping, misalnya banjir karena minimnya
lahan hijau, naiknya suhu dan polusi udara, minimnya tempat terbuka untuk
bersosialisasi para warga kota, tata kota yang semrawut dan tak nyaman, dan
lainnya.
Saya sebagai warga yang telah tinggal di Bekasi
selama 5 tahun, selalu kesulitan mencari ruang terbuka sekedar untuk
duduk-duduk bersama keluarga di akhir pekan atau bermain bola di lapangan
berumput. Jika ingin suasana hijau alami, kami biasanya ke Bogor atau Monas
yang berjarak sekitar 30km dari tempat tinggal kami. Masalah yang sama pastilah
juga dialami oleh ribuan warga Bekasi lainnya, padahal jika di Bekasi
disediakan cukup RTH maka pada akhir pekan, warga Bekasi tak usah
bermacet-macet lagi keluar kota dan bisa menikmati kesegaran di dalam kota
sendiri. Saat ini Bekasi baru memiliki 15% RTH, [seluas 774.088 km pada tahun
2014] yang terdiri atas 11% RTH pribadi dan 4% RTH
publik. Padahal menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang, setiap kota minimal harus memiliki 30% RTH dari total wilayah.
Kenapa penyediaan RTH begitu penting? Karena RTH memiliki
banyak sekali fungsi yang mendukung peningkatan kualitas hidup kota Bekasi dan
warganya. Fungsi dan manfaat RTH yang berhubungan dengan alam antara lain: RTH sebagai
bagian dari sistem sirkulasi udara (paru-paru kota); pengatur iklim mikro agar
sistem sirkulasi udara dan air secara alami dapat berlangsung lancar; peneduh; produsen
oksigen; konservasi air; penyedia habitat satwa; penyerap
polutan; meminimalisir kebisingan; dan penahan angin. Fungsi tambahan yang
berhubungan dengan sosial dan budaya masyarakat (tempat sosialisasi warga
kota; tempat rekreasi; lokasi dan objek penelitian alam); fungsi terkait ekonomi (RTH menghasilkan
buah/sayur/produk yang bernilai ekonomi atau bahkan dikelola menjadi daerah
pertanian urban); dan fungsi estetika (meningkatkan kenyamanan dan keindahan kota;
meningkatkan kreativitas dan produktivitas warga; membentuk keindahan
arsitektural; dan menciptakan integrasi antara bangunan dan ruang terbuka).
Penataan alternatif
Pemerintah kota Bekasi sudah merencanakan optimalisasi
penyediaan RTH dengan program 1000 taman, tapi
keseriusan pemerintah masih belum dirasakan oleh masyarakat umum hingga akhir
tahun 2016 ini. Salah satu hal yang mengganjal adalah mahalnya harga lahan sehingga
rencana pembangunan RTH terhambat di masalah pembebasan lahan. Untuk itulah
perlu dilakukan alternatif penyediaan RTH yang bisa diterapkan di kota dengan
keterbatasan lahan seperti Bekasi. RTH tidak harus berupa taman dengan luas
sekian ratus meter tapi bisa juga memanfaatkan lahan kosong seperti sempadan
sungai, sempadan rel kereta api, atau kolong jembatan layang. Selain itu, vertical garden dan green roof juga bisa menjadi solusi untuk keterbatasan lahan.
Optimalisasi juga bisa dilakukan dengan memanfaatkan trotoar, penanaman tanaman
merambat yang ditunjang dengan pergola membuat trotoar lebih nyaman digunakan
sekaligus menyumbang tambahan ruang hijau kota.
Berikut ini beberapa contoh kota yang telah menerapkan
penyediaan RTH alternatif yang dapat kita jadikan contoh untuk diterapkan di
Bekasi:
1 1. Vertical Garden
Vertical garden adalah penanaman yang
dilakukan pada struktur vertikal seperti tanggul atau dinding (retaining wall). Dapat ditempatkan
pada dinding bangunan maupun dinding khusus yang memang ditujukan untuk taman
di ruang terbuka, misalnya di sempadan sungai atau tepi jalan raya. Struktur yang
pakai pada vertical garden yaitu frame, rangka baja ringan, besi hollow. Wadah
dan media tanam menggunakan pot, karpet Glass Wool, PVC Board, polycarbonate, serat
kelapa dan serbuk kelapa. Sistem irigasi pada vertical garden menggunakan
irigasi sistem tetes. Jenis tanaman yang ditanam bisa bervariasi, disesuaikan
dengan kebutuhan dan ketersediaan fasilitas.
Saat ini, vertical garden sudah banyak diterapkan di bangunan-bangunan swasta, misalnya Bintaro Jaya Xchange Mal, Gedung Sandjaya, dan lainnya. Penerapan sistem ini masih terkendala tingginya biaya pemasangan dan perawatan, namun jika menilik pesatnya perkembangan teknologi hijau, kemungkinan penerapan vertical garden dengan biaya terjangkau adalah sangat mungkin dalam beberapa tahun ke depan.
Saat ini, vertical garden sudah banyak diterapkan di bangunan-bangunan swasta, misalnya Bintaro Jaya Xchange Mal, Gedung Sandjaya, dan lainnya. Penerapan sistem ini masih terkendala tingginya biaya pemasangan dan perawatan, namun jika menilik pesatnya perkembangan teknologi hijau, kemungkinan penerapan vertical garden dengan biaya terjangkau adalah sangat mungkin dalam beberapa tahun ke depan.
2 2. Green roof
atau taman atap
Green roof adalah taman
yang berada di atas atap bangunan atau gedung. Inovasi ini tentu sudah sangat kita
kenal melalui 7 keajaiban dunia, yaitu taman gantung babilonia. Ya, ide
cemerlang pada abad 7 M yang sangat tepat diaplikasikan
untuk menambah jumlah RTH di kota Bekasi yang mengalami keterbatasan lahan.
Selain fungsi menambah kelestarian lingkungan, ternyata green roof juga bisa meningkatkan
daya tahan atap/ bagian atas bangunan karena melindungi atap dari kerusakan
akibat perubahan iklim dan suhu.
Green roof bisa
diterapkan di gedung-gedung pemerintahan, gedung komersil, maupun permukiman. Pemerintah
perlu melakukan pengaturan khusus, misalnya untuk bangunan dengan luas tertentu
wajib memiliki green roof sehingga semua pihak bisa berkontribusi terhadap
terwujudnya RTH. Hal serupa telah diterapkan di Jepang, melalui Flying Green Project
sejak 2004 diberlakukan peraturan minimal 20% atap gedung bertingkat dijadikan
taman atap. Kewajiban ini diberlakukan pada setiap gedung layanan publik (luas
minimal 250 M2) dan
fasilitas komersial privat (luas minimal 1.000 M2).
http://wawansome.blogspot.co.id/2011/02/taman-atap-alternatif-ruang-terbuka.html.
3 3. Pergola trotoar
Beberapa ruas jalan di kota Bekasi tidak
memiliki trotoar yang layak, banyak bagian yang rusak atau dipakai oleh
pedagang kaki lima untuk menjajakan dagangannya. Saya sering berjalan kaki
melintasi Jl. Kh. Noer Ali di tepi Kalimalang sejauh 3km, dan dari ruas
sepanjang itu hanya sekitar 500m saja yang memiliki trotoar layak pakai yaitu
di deretan pertokoan seberang Grand Metropolitan Mall hingga Metropolitan Mall.
Meskipun demikian, tak terlalu muluk rasanya kita merencanakan bahwa suatu saat Bekasi memiliki trotoar yang layak dan dipayungi pergola yang rimbun. Trotoar yang ada di bagian bawah pergola dapat dilalui dengan nyaman karena teduh, RTH pun bisa bertambah.
Meskipun demikian, tak terlalu muluk rasanya kita merencanakan bahwa suatu saat Bekasi memiliki trotoar yang layak dan dipayungi pergola yang rimbun. Trotoar yang ada di bagian bawah pergola dapat dilalui dengan nyaman karena teduh, RTH pun bisa bertambah.
4 4. Optimalisasi RTH di lahan tak terpakai
RTH tak melulu harus berupa taman yang serba
luas dengan fasilitas lengkap tapi bisa juga memanfaatkan lahan-lahan sempit
yang terbengkalai, misalnya sempadan sungai, sempadan rel Kereta Api, atau
kolong jembatan layang. Bekasi memiliki 20 sungai yang dapat dikelola untuk meningkatkan kualitas lingkungan kota.
Ternyata ada banyak sekali alternatif jika pemerintahan kota
Bekasi ingin mewujudkan Bekasi sebagai kota hijau. Bahkan rencana tata ruang
wilayah Kota Bekasi 2010-2030 mempunyai prioritas penataan ruang yang bertujuan
mewujudkan sebuah kota tempat hunian dan usaha kreatif yang nyaman dengan
peningkatan kualitas hidup berkelanjutan. Sekarang saatnya merealisasikan
rencana-rencana tersebut. Bekasi memiliki banyak potensi dan peluang untuk
menjadi kota yang ramah dan nyaman. Pesatnya pembangunan di Bekasi membuat kota
ini maju secara ekonomi. Banyak pihak yang ingin berkontribusi terhadap
keberlangsungan pembangunan di Bekasi, lalu sekarang bagaimana caranya
memanfaatkan dan mengarahkan potensi itu hingga Bekasi bisa tumbuh menjadi kota
yang mampu menyokong kehidupan berkualitas untuk warganya.
** Tulisan ini diikutsertakan dalam Kompetisi Blogging Balitbang PUPR 1-10 Agustus 2016
2. Wilayah Bekasi, sumber
3. Vertical garden Natgeo, sumber
4. Editt Ecological Tower, Singapura, Sumber
5. ACROS building roof garden, sumber: green roof
6. Trotoar di Bekasi, sumber
7. Trotoar dengan pergola di Malioboro, Sumber
8. Southbank Arbour di Australia, sumbe
9. Sungai Cikapayang Bandung, sumber
10. Yarra River di Australia, sumber
11. Poster lomba PUPR, sumber
** Tulisan ini diikutsertakan dalam Kompetisi Blogging Balitbang PUPR 1-10 Agustus 2016
Sumber gambar:
1. meme, sumber2. Wilayah Bekasi, sumber
3. Vertical garden Natgeo, sumber
4. Editt Ecological Tower, Singapura, Sumber
5. ACROS building roof garden, sumber: green roof
6. Trotoar di Bekasi, sumber
7. Trotoar dengan pergola di Malioboro, Sumber
8. Southbank Arbour di Australia, sumbe
9. Sungai Cikapayang Bandung, sumber
10. Yarra River di Australia, sumber
11. Poster lomba PUPR, sumber
Sumber Bacaan:
http://www.penataanruang.com/ruang-terbuka-hijau.html
Sekarang pinggir jalan kalimalang ada trotoar yang lega loh, hehe,
ReplyDeleteSalam kenal
sepanjang perempatan galaxy - MM, yang layak untuk jalan masih sedikit hehe
Deleteterimakasih sdh mampir mas :)