Jajan pasar nggak pernah hilang
pesonanya, kenangan akan jajan pasar jaman kecil dulu seperti masih terasa di lidah
dan selalu ingin kembali mencoba dan mencoba lagi. Selain karena rasa manis-gurih,
penampilan yang ayu, bahan-bahan mudah didapat juga karena jajan pasar
mayoritas gluten-free dan nggak perlu bahan tambahan macam-macam ketika dibikin
[misalnya bahan pengembang, pelembut, baking soda, dll]. Jajaran jajan pasar
favorit saya adalah klepon, kue ku, cenil, thiwul, onde-onde, putu mayang, putu
beras, mendut, dan nagasari. Semuanya jajan pasar khas daerah Jawa, dan minggu
ini saya coba jajan pasar khas Kalimantan, yaitu gegicak.
Saya dapat resepnya di salah satu
buku resep keluaran Sedap: 55 resep kue tradisional nusantara. Versi aslinya,
gegicak ini berwarna hijau kalem dan berbahan utama tepung ketan. Yang saya
buat minggu ini versi modif, saya tambahkan labu parang dan santan. Kebetulan bulan
ini lagi ada challenge berbahan labu kuning dari IDFB.
Labu parang [Cucurbita Moschata] ini
sebetulnya termasuk hasil tani yang gampang didapat di Indonesia dan harganya
juga nggak terlalu mahal, tapi pamornya kalah jauh dengan pisang, ubi,
singkong, dll. Kalo diperhatikan, jarang sekali resep jajan pasar/ kue
tradisional yang memakain bahan labu parang ya.. padahal kalo dicampur ke
adonan makanan warnanya bisa jadi cantik banget lo hehe. Daging buahnya
berwarna orange cerah, bertekstur agak keras, dan rasanya manis. Di kampung saya
di Magelang, labu parang dikenal dengan nama waluh. Waluh di sana besar-besar
banget, nenek saya dulu biasanya panen satu-dua biji diambil ketika bulan
puasa, lalu selama berhari-hari bisa dipastikan menu buka adalah kolak waluh
yang dipotong besar-besar dan dimasak dalam kuali sampai lembeeeek banget kayak
jenang hehe. Selain itu labu parang juga punya kandungan gizi yang lengkap,
mulai protein, karbohidrat, kalsium, fosfor, zat besi, dan Vit A-B-C [sumber: disini].
Bahkan seorang mahasiswa dari UGM berhasil membuktikan bahwa labu parang
efektif mengobati Diabetes mellitus tipe 2 karena bisa menurunkan kadar
glukosa darah dan memperbaiki sel beta pancreas untuk menghasilkan insulin
kembali.
Jadi gegicak versi saya ini warnanya
bukan hijau tapi orange cerah dengan taburan kelapa dan saus gula merah yang
meleleh-leleh hehe. Gegicak ini secara tampilan dan rasa mirip sekali dengan
cenil dan klepon. Mungkin mereka ini saudara kembar yang tertukar lalu terpisah
lautan ya :D Kalau cenil biasanya disajikan bersama teman-temannya, kalo
gegicak ini tampil sendirian saja. Kalo klepon punya ‘kejutan’ gula meleleh di
dalamnya, kalo gegicak justru jujur menampilkan dirinya dalam balutan kelapa
parut berhiaskan saus gula merah di bagian luar. Kalo soal rasa, sama
enaknyaaaaa…
Gegicak ini pasnya dimakan pagi-pagi
pas weekend sambil santai atau sore-sore pas hujan sambil ngobrol dengan
orang-orang kesayangan, pasti makin maknyus dan manis waktu dikunyah hehe. Yang
mau coba resepnya, monggo dicek:
GEGICAK LABU
Bahan:
200 gr tepung ketan putih
100 gr labu parang, kukus lalu
haluskan selagi panas
½ sdt garam
1 sdt air kapur sirih
100 ml santan encer [saya pakai 2
sdm santan instan dicampur dengan 95ml air]
1 sdm minyak goreng untuk olesan
Selembar daun pisang untuk alas
mengukus
Bahan saus gula merah
200 gr gula merah, disisir
100 ml air
¼ sdt garam
1 lembar daun pandan, ikat simpul
Bahan taburan:
½ butir kelapa parut
½ sdt garam
1 lembar daun pandan, ikat
Cara membuat:
1.
Campur
tepung ketan, garam, dan air kapur sirih, sisihkan.
2.
Campur
labu dan santan encer, aduk sampai rata lalu tuangkan sedikit-sedikit ke
campuran tepung ketan. Uleni sampai rata dan kalis [tidak menempel di tangan/
mangkok].
3.
Ambil
10 gr adonan, bulatkan, lalu tekan bagian tengahnya dengan jari.
4.
Letakkan
diatas kukusan yang sudah dialasi daun pisang beroleskan minyak goring. Kukus 10
menit, sisihkan.
5.
Saus
gula merah: rebus semua bahan, aduk hingga larut dan mendidih/ agak kental. Saring,
sisihkan.
6.
Taburan:
kukus semua bahan sekitar 10 menit, angkat, sisihkan.
7.
Sajikan
gegicak bersama saus gula merah dan taburan kelapa parut.
Catatan:
-
Waktu
menguleni adonan tepung, jangan terlalu lembek. Kalau terlalu lembek nanti
adonan susah dibentuk dan lengket banget pas dikukus. Jadi takaran air/ santan
bisa ditambah-kurangi sendiri ya.
-
Waktu
menaruh adonan di kukusan, jangan terlalu dekat, nanti kalo dikukus akan mengembang dan berdempetan,
susah diambilin. Kalopun bisa, bentuknya jadi nggak cantik hehe
Selamat masak dan selamat makan :)
Salam,
Devi BundaKimi
Selamat masak dan selamat makan :)
Salam,
Devi BundaKimi
Hhmm gegicak yaa, jadi pingin nyobain
ReplyDeletemari silakan dicoba mbak, bikinnya lumayan gampang :)
Deletepenasaran dengan rasanya... hmm...
ReplyDeleterasanya mirip klepon mbak :D
DeleteSelamat ya mbak..udh menang challenge..sy jg pernah bikin tp yg ori nya..enak
ReplyDeleteterimakasiiih Mbak, selamat juga utk Mbak Selma. Iya olahan ketan emang selalu enaaaaaak ya hehe
DeleteCongrats ya mba ... fotonya cakep banget, kalo di bali ada yang mirip ini namanya jaje batun bedil
ReplyDeleteTengkyuuu mbak Shasy, peserta lain juga cakeeeeep-cakeeep banget. Ini pas upload koneksi internet lagi lambat banget, dari 5 foto cuma bisa diupload 2..ternyata para juri suka hehe.
DeleteJaje batun bedil, bahan dan cara buatnya sama persiskah mbak? pengen deh ngerasain dan bikin semua jenis jajan pasar nusantara :)
it turns out that there are many things that I don't know so far, thank you for sharing this information .
ReplyDelete