Bagi orang seperti saya, yang seumur hidup hampir selalu berantakan, sepertinya memiliki rumah yang rapih hanya akan menjadi mimpi siang bolong saja. Apalagi hal itu didukung hasil penelitian bahwa orang yang berantakan itu adalah orang kreatif, calon orang sukses, dan lain sebagainya sehingga makin menjadi-jadilah kemalasan untuk membereskan rumah. Namun pada suatu hari, saya mulai merasa hidup saya berubah!
Sumber gambar: buzzfeed |
Semuanya berawal ketika saya merasa perlu skincare baru lalu mulai blogwalking mencari
review tentang produk skincare yang bagus tapi harganya terjangkau. Setelah membaca berbagai review, selanjutnya saya mulai mencari produknya di beberapa marketplace untuk mencari harga terbaik. Lalu keberuntungan membawa
saya pada sebuah aplikasi yang khusus menjual barang preloved dan original, Prelo.
Setelah dibandingkan dengan harga di marketplace lain, harga yang ditawarkan penjual di Prelo ini jauuuuh lebih murah, padahal
kondisi barangnya masih baru. Segera saja saya klik tanda love di foto produknya untuk memasukkan produk ini ke lovelist saya, lalu menghubungi penjual
untuk menanyakan stok dan tawar menawar harga. Tawar menawar di marketplace, memangnya bisa? Yap, nampaknya penggagas Prelo mengamati dengan teliti kebiasaan tawar menawar yang
menjadi nafas di pasar tradisional kita, sehingga merekapun mengadopsinya dalam
bentuk baru di aplikasi. Ketika sudah tercapai kesepakatan harga, maka harga
barang akan otomatis terpotong sesuai harga baru hasil tawar menawar tadi.
Singkat kata, lovelist pertama saya
telah jatuh ke pelukan dengan harga menakjubkan.
Sambil menyelam sambil minum air,
begitulah sambil saya mencari barang yang benar-benar saya perlukan, saya juga
cuci mata dong di Prelo. Prelo ternyata lengkap dan mudah diakses, barang-barang
dikelompokkan dalam 9 kategori agar kita mudah mencari barang sesuai jenisnya.
Start up yang dibangun sejak tahun 2015 di Bandung ini mengusung gagasan berbelanja sambil
menjaga lingkungan dengan moto 3R [reduce,
reuse, recycle]. Prelo menjadi wadah bagi
pemilik barang bekas untuk memajang barang preloved berkualitas dan
original dengan harga ramah. Barang-barang bekas ini bukan sekedar barang tak
terpakai tapi barang yang penuh kenangan, pernah disayang-sayang, dan mungkin
sangat berat untuk dilepaskan, maka tak berlebihan rasanya jika kemudian istilah
‘preloved’ disematkan pada barang-barang ini. Makanya tak heran, Prelo
bertaburan barang preloved dengan harga menggiurkan dan saya dengan senang hati
memasukkan semuanya ke dalam lovelist saya untuk memudahkan saya menemukannya
lagi nanti ketika membutuhkan barang-barang tersebut.
Meskipun belanja online sangat
praktis, mudah, dan harganyapun terjangkau, tapi itu tak boleh menjadi alasan
bagi kita untuk berbelanja secara membabi buta. Kita tetap harus menjadi
pembeli cerdas, membeli hanya apa yang benar-benar kita perlukan atau kita
inginkan.
Menemukan barang-barang impian
itu seringkali seperti menemukan jodoh: penuh lika-liku, mencari kesana kemari
nggak ketemu lalu putus asa, tapi tahu-tahu malah menemukannya di tempat tak
terduga. Seolah-olah semesta sudah memberikan magnet-magnet khusus untuk
mempertemukan 2 hal yang terpisah dengan cara yang unik. Jadi ketika blogwalking mencari review skincare,
nggak sengaja saya baca sebuah artikel tentang KonMari, yaitu seni beres-beres dan merapikan ala Jepang yang konon katanya telah merubah hidup jutaan orang. Sebagai
messy-person yang ingin berubah, tentu saya tertarik. Sayapun mencari tau lebih lanjut tentang
metode KonMarie dan bukunya yang berjudul “the life-changing magic of tidying-up”
sambil berharap mimpi siang bolong saya terwujud. Membaca artikel tentang metode
KonMarie ini membuat mindset saya berubah, ternyata bebenah rumah bukan hanya
tentang bagaimana menyimpan barang dan membuang barang yang tak diperlukan, tapi sekaligus juga membantu kita menata kekhawatiran, berdamai dengan kenangan dan masa lalu, serta berani menghadapi keberantakan yang terjadi karena kesalahan-kesalahan kita sebelumnya.
Metode KonMari dari makespace |
Pada akhirnya, saya sadar bahwa
rumah rapih tak bisa hanya dicapai dengan cara membaca buku dan merenungkannya,
tapi harus segera dipraktekkan. Sesuai dengan prinsip yang dijelaskan di buku
bahwa untuk merapikan rumah mesti dilakukan per jenis barang, bukan per lokasi,
jadi sayapun memilih untuk merapikan baju saya terlebih dahulu. Kenapa baju-baju?
Karena di titik inilah saya seringkali kalap berbelanja dan tak semuanya bisa
dipakai dengan nyaman sehingga banyak sekali yang terlipat rapih tanpa
tersentuh selama berbulan-bulan. Saya juga sangat suka pada motif-motif kain,
jadi kadang saya membeli baju hanya karena motifnya lucu, meskipun ukurannya
nggak pas atau modelnya nggak terlalu suka dan pada akhirnya baju-baju inipun
tetap tersimpan lengkap dengan tag masih menggantung.
Memilah baju untuk disimpan
secukupnya dan direlakan selebihnya adalah sesuatu yang tidak mudah karena
setiap baju punya kenangan tersendiri, apalagi untuk motif tertentu yang untuk
mendapatkannya harus rebutan di sebuah onlineshop. Wah, harus menguatkan hati!
Tapi saya ikuti juga petunjuk metode KonMari untuk memegang setiap baju dan
memastikan apakah baju tersebut benar-benar terpakai atau benar-benar pantas
disimpan? Jika tidak, maka taruhlah di tumpukan baju yang siap dilego.
Baju-baju sudah terkumpul dan
siap disortir, lalu akan dikemanakan? Lagi-lagi keberuntungan membawa saya pada
Prelo. Iya, aplikasi jual beli yang kemarin membantu saya mendapatkan lovelist,
ternyata kali ini akan membantu saya mengurangi isi lemari. Setelah disimak, cara berjualannya mudah banget lho
Kenapa pilih Prelo sih? Prelo memang dibuat untuk mempermudah jual beli barang preloved. Jual beli barang preloved dengan barang baru itu menurut saya beda banget lho nuansanya. Beli
barang baru ya gitu, kita beli sesuai harga pasaran dan kualitas standar merk
tertentu yang sudah kita tahu sebelumnya. Nah, ketika kita membeli barang preloved maka kita belajar menakar ekspektasi dan menyejajarkan kualitas barang
dengan harga yang ditawarkan. Seringkali kita akan menemukan barang dengan
kualitas “seperti baru” atau “baguuus banget” dengan harga yang sangat ramah,
dan rasanya itu seperti nemu harta karun!
Prelo adalah aplikasi untuk siapa saja, paling tidak ada 8 kelompok yang diuntungkan dengan adanya Prelo, yaitu:
- Mereka yang ingin merapikan rumah
Meskipun
termasuk messy-person, tapi saya percaya
kalo suasana rumah yang rapih itu berpengaruh positif pada penghuninya. Setelah
bebenah rumah, kita akan menemukan setumpuk barang tak terpakai yang masih
sangat bagus kondisinya. Mau dikemanakan barang-barang sebanyak itu? Ada sepatu
yang masih bagus, ada selimut bayi yang masih disayang, ada kosmetik yang
dipakai hanya sekali untuk acara spesial, ada souvenir dan hadiah yang belum
dibuka dari plastik pembungkusnya, Prelo-in aja!
- Mereka yang ingin belanja murah
Barang preloved yang
dijual di Prelo sudah dipastikan dalam keadaan baik, bahkan ada juga barang new with tag, yang dijual dengan harga
sangat ramah kantong. Bagi kita yang berbelanja mencari yang termurah, bisa
gunakan feature Prelo “mencari harga terendah” dan silakan pilih yang paling
sesuai dengan budget. Saya sudah membuktikan, serum Bioderma yang harga barunya
380rb [ini harga paling murah di beberapa marketplace yang sudah saya
telusuri], saya dapatkan dengan harga 125rb saja di Prelo, free ongkir lagi.
- Mereka yang mencari modal tambahan
Ketika perlu
tambahan modal, coba cek sekeliling rumah, tumpukan baju di lemari, kotak-kotak
yang jarang kita buka, atau rak berisi barang kesayangan. Seringkali kita lupa
pernah menyimpan ini itu karena sayang mau dipake dan pada akhirnya baju anak
udah kekecilan, sepatu jadi kesempitan, buku lupa dibaca dan lain sebagainya.
Merekalah sumber modal baru: Prelo-in aja!
- Mereka yang peduli lingkungan
Menggunakan
barang bekas berarti kita ikut memperpanjang masa pakai sekaligus mengurangi potensi sampah bumi. Setiap
lembar kertas, setiap helai kaos, setiap mainan anak, dan setiap benda yang
kita pakai sehari-hari dibuat dengan proses panjang yang seringkali tak ramah
lingkungan. Belum lagi sumber daya alam yang dipakai untuk menghasilkan
benda-benda tersebut. Dengan menjual dan membeli barang di Prelo, kita ikut
mengkampanyekan 3R [reduce, reuse, recycle].
- Mereka yang ingin beramal
Erupsi gunung
berapi di Sinabung, banjir di Belitung, dan kebakaran disana sini, kita ingin
membantu tapi tak punya uang cash.
Ada sih tas selempang yang masih layak pakai, selusin lipstick dan mascara yang
belum pernah dipakai sekalipun, tapi itu kan nggak mungkin disumbangkan. Prelo-in
aja dulu. Jika barang kita sudah laku, uangnya bisa kita sumbangkan kepada
mereka yang membutuhkan.
- Mereka yang mengutamakan kualitas dan kepuasan berbelanja
Kadang orang
menghindari membeli barang second karena khawatir barangnya tak sesuai dengan
ekspektasi. Tapi di Prelo, ada jaminan transaksi dilakukan dengan aman, ada
masa garansi untuk memastikan barang yang diterima pembeli sesuai dengan
kondisi yang tertera di aplikasi, dan jaminan bahwa barang yang dijual adalah
barang autentik.
- Mereka yang nggak mau panas-panasan belanja langsung ke toko/ pasar/ mall
Sudah bukan
rahasia lagi bahwa cari parkiran di mall itu susahnya bikin mood drop sampai
level terrendah. Belum lagi macetnya, belum lagi panas yang menghapus make up
sempurnamu dengan hempasan keringat, dan lain-lain. Apalagi kalau yang kita
cari adalah barang second, terbayang
sulitnya kan? Untung saja ada Prelo, belanja barang bekas berkualitas tanpa
perlu berpanas-panas.
- Mereka yang ingin mengasah keterampilan berjualan
Pernah denger
orang bilang begini: aku nggak bakat dagang nih! Saya dulu termasuk orang yang
selalu bilang begitu, tapi buktinya saat ini saya sudah hampir 8 tahun
berjualan online dengan omzet yang lumayan buat jajan. Awal mulanya dulu hanya
iseng menjual baju-baju bayi yang kekecilan dan ex kado. Karena bayi saya pas
lahir udah gede badannya, jadi baju-baju newborn yang imut-imut itu nggak
kepake, saya foto satu persatu dan dipajang di sebuah forum sharing. Nggak
nyangka, baju-baju tersebut laku dalam hitungan jam. Bulan berikutnya, saya
datang lagi ke toko yang menjual baju-baju tersebut untuk kulakan dan mulai
membuka toko online. Begitulah, ternyata berdagang itu adalah seni yang bisa
dipelajari. Dimulai dengan belajar menjawab pertanyaan dari pembeli dengan
ramah dan informatif, memotret dan mendandani barang jualan agar menarik, menawarkan
barang dagangan, hingga membuat konsep toko yang sesuai dengan passion kita,
semuanya dapat dimulai dari belajar menjual barang preloved di Prelo.
Kalau kalian termasuk dalam salah satu kelompok tersebut, yuuk mulai gunakan Prelo. Jual beli barang bekas, aman, berkualitas!
No comments:
Post a Comment