Sunday, 14 February 2016

Terimakasih Mass Market: Dari Kain Menjadi Koin




 Di sekitar kita ada banyak sekali orang yang membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari kita dengan menyediakan layanan jasa ataupun menjual barang. Misalnya penjaja makanan, penjahit, penjual alat tulis, penjual mainan keliling, pedagang baju, tukang potong rambut, dan lain sebagainya. Mungkin seringkali kita mengabaikan mereka tapi sesungguhnya mereka sangat membantu dan memudahkan kita dengan berbagai produk yang mereka tawarkan. Orang-orang ini adalah komunitas mass market, yaitu kelompok pasar yang luas dalam suatu masyarakat. Dalam tulisan ini, mass market merujuk pada sekelompok masyarakat yang melakukan kegiatan industri skala kecil, misalnya UKM, para pensiunan, dan masyarakat pra-sejahtera yang produktif. Meskipun berskala kecil, tapi  pelaku mass market sangat banyak sehingga berkontribusi besar pada berputarnya roda perekonomian masyarakat secara umum. Bahkan pada masa sulit ketika banyak perusahaan besar gulung tikar, komunitas mass market dapat lebih mudah beradaptasi dengan keadaan sehingga bisa bertahan dan bahkan berkembang. 


 Tapi ada juga komunitas mass market yang mengalami keterbatasan modal, baik modal uang maupun modal keterampilan dan akses informasi. Bantuan pemerintah maupun bantuan personal mungkin saja sudah diberikan, tapi belum bisa menjangkau seluruh komunitas mass market. Kekurangan modal uang, keterampilan, dan akses informasi membuat komunitas mass market rentan mengalami keterpurukan usaha. Kita pasti juga ingin membantu para komunitas mass market, mengingat mereka juga telah banyak membantu kehidupan kita selama ini, tapi sayangnya kita tak punya sumber modal melimpah untuk membantu mereka. Tapi tak mengapa, dengan modal terbataspun kita tetap dapat ikut berpartisipasi aktif membantu mass market yang terdiri dari para pelaku usaha prasejahtera, UKM, dan para pensiunan yang masih berusaha terus produktif. Caranya? Melalui BTPN Sinaya [Sinar yang Memberdayakan], kita bisa menabung sekaligus membantu para pelaku UKM dan masyarakat produktif prasejahtera yang memiliki keterbatasan modal [http://www.btpn.com/berita-and-media/siaran-pers/btpn-sinaya-tawarkan-gaya-baru-berbank-dan-memberdayakan-sesama/].


 Jadi, seluruh dana yang kita simpan di BTPN Sinaya akan lebih bernilai karena disalurkan kembali kepada masyarakat berpenghasilan rendah serta pelaku usaha mikro dan kecil untuk memberdayakan mereka. Karena tertarik dengan program ini, sayapun melakukan simulasi tabungan Sinaya. Jika dalam 1 bulan saya menyisihkan uang tabungan senilai Rp. 1.000.000 maka dalam waktu 2 tahun tabungan akan tumbuh menjadi 25.234.886 dan sekaligus bisa membantu pelaku UKM, misalnya seperti Ibu Hairiah dengan usaha batik Sasirangannya yang telah menjadi salah satu UKM yang dibantu BTPN Sinaya. Selain bantuan modal, Ibu Hairiah juga menerima manfaat pelatihan dari program Daya, sehingga jadi lebih memahami bagaimana strategi pemasaran yang efektif. Kini, bersama ke-15 karyawannya, ia mampu menghasilkan 400 lembar kain tiap bulannya [sumber simulasi BTPN]. 
Jika kita menjadi nasabah BTPN Sinaya, kita juga bisa memilih jenis usaha apa yang ingin kita bantu kembangkan, apakah kuliner, fashion, atau art & culture. Selain bantuan modal, BTPN Sinaya juga memberikan bantuan lain seperti fasilitas kesehatan dan pelatihan kewirausahaan [pemasaran, peningkatan kualitas, dan lainnya] jadi semuanya sudah terintegrasi dalam satu program. Keren ya, saya baru tahu kalau ternyata di Indonesia ada program pemberdayaan masyarakat semacam ini, jadi teringat kata-kata yang dulu selalu disampaikan oleh guru SD saya tentang masyarakat Indonesia: dari dan untuk kita. Dengan adanya BTPN Sinaya ini, satu golongan masyarakat bisa mendukung berkembangnya perekonomian golongan masyarakat yang lainnya dengan pengelolaan yang profesional dari BTPN. Hal ini sama mirip sekali dengan simbiosis mutualisme dalam kehidupan flora-fauna, dimana kedua pihak saling diuntungkan dengan adanya program-program yang diluncurkan BTPN.
Ngomong-ngomong tentang mass market, para pelaku usaha yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari saya adalah para pengrajin rumahan/ handmade crafter yang sangat kreatif menciptakan produk berkualitas, unik, dan terbatas jumlahnya [limited edition]. Jadi, sudah 2 tahun lebih saya mengelola toko online yang menjual berbagai macam kain, mulai dari kain katun, canvas, jeans, linen, renda, dan sebagainya. Saya memilih kain karena masih berkaitan dengan hobi menjahit dan mengkoleksi kain bermotif unik, jadi setiap hari senang sekali rasanya bisa bergumul dengan kain hehe. Berjualan kain secara online belum banyak pesaing padahal peminatnya cukup banyak, baik itu end user [pembeli yang memakai kain untuk keperluan pribadi] maupun para pengrajin/ crafter [pembeli yang memakai kain untuk dijahit menjadi produk handmade craft bernilai ekonomi].


 Para crafter melakukan pembelian rutin sebulan 2-3 kali dengan nominal yang tidak sedikit. Ada yang menjahitnya menjadi baju kemeja atau gaun, mukena, tas, pouch/ kantong kecil, sarung bantal sofa, boneka, hiasan meja, dan sebagainya. Sebagian besar memasarkan produknya secara online melalui social media. Mayoritas pembeli toko kain saya ini berstatus sama dengan saya, yaitu ibu rumah tangga yang ingin tetap produktif secara ekonomi sambil melakukan fungsi utama sebagai Ibu. Kami seringkali harus berkejaran dengan waktu tidur anak karena harus segera menyelesaikan order dari pelanggan. Kami bukan pengusaha besar yang serba profesional dan memiliki pegawai spesialis, seperti bagian marketing, bagian gudang, bagian penjualan, dan lain sebagainya. Kami melakukan sendiri semua proses bisnis mulai dari kulakan, iklan, memotret, mengedit dan mengupload foto ke situs toko online, membalas pesan order, pengecekan dan pembuatan invoice, mengukur dan memotong kain, menjahit sesuai pesanan pelanggan, pengepakan paket, pengiriman, dan lain sebagainya. Para crafter ini juga termasuk dalam kelompok mass market, merubah kain menjadi koin yang bisa ditabung atau digunakan sebagai tambahan uang belanja bulanan dengan cara menjual produk hasil jahitan mereka kepada masyarakat luas. Sebagian dari mereka mungkin tetap menjadi crafter rumahan dengan jumlah produksi yang terbatas tapi ada juga yang kemudian berkembang menjadi usaha berskala menengah dan bisa menjadi sumber pendapatan banyak pegawai yang menjadi bagian di dalamnya jika dikelola secara baik. 



Para pembeli, khususnya crafter ini bisa disebut sebagai ‘nafas’ toko yang saya kelola, selain memberikan keuntungan materi dari hasil penjualan kain, mereka juga bisa menjadi teman berbagi cerita, berbagi tips dan trik menjahit, atau memberikan masukan positif untuk pengembangan usaha. Secara ekonomi mereka membantu saya untuk memutar roda perekonomian, sehingga meskipun hanya di rumah saja tapi tetap bisa memiliki penghasilan dan menabung dari hasil keringat sendiri. Terimakasih ya dear crafter, produk-produk kalian yang dibuat dengan penuh cinta dalam setiap inchi jahitannya sangat menginspirasi sekaligus membantu pedagang rumahan seperti saya :)


 Kembali ke bahasan tentang BTPN Sinaya, semakin banyak nasabah yang menabung di BTPN Sinaya, maka akan semakin kuat juga perputaran roda produktivitas dan perekonomian masyarakat pra-sejahtera produktif. Hal ini mirip sekali dengan fenomena mengagumkan yang telah terjadi di alam selama ribuan tahun, yaitu migrasi burung melintasi samudra dan benua selama pergantian musim. Kelompok burung ini bisa bermigrasi dengan efektif tanpa tersesat atau kelelahan karena mereka terbang dalam kawanan dengan formasi khusus sehingga banyak energi bisa dihemat dan banyak manfaat akan didapat. Begitu juga kita dalam melakukan kegiatan ekonomi, jika ada suatu gerakan terstruktur dan sistematis, tak peduli sekecil apapun itu, maka pergerakan ekonomi masyarakat secara umum akan bermanfaat secara optimal. BTPN Sinaya telah memberikan wadah, saatnya kita ikut berperan serta.

Sumber bacaan:
http://www.btpn.com/berita-and-media/siaran-pers/
 

 Sumber foto:
- Dokumentasi pribadi
- http://btpn2015.fotokita.net/massmarket/galeri-pemenang
- http://menabunguntukmemberdayakan.com/

2 comments: